Pemerintah Diperingatkan Tak Dorong Perbankan untuk Memacu Kredit
Pemerintah membekali bank-bank milik negara (BUMN) dan bank daerah dengan penempatan dana hingga penjaminan kredit untuk UMKM dan korporasi. Harapannya, pertumbuhan kredit akan terakselerasi sehingga mampu menopang ekonomi di tengah pandemi.
Namun, Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menilai pemerintah sebaiknya tak buru-buru memaksa bank mendorong pertumbuhan kredit. Hal ini dapat berisiko pada sistem keuangan.
"Saat seperti ini memang yang dihantam sektor riil, jadi wajar permintaan kredit berkurang," ujar Piter dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (16/9).
Di saat seperti ini, pelaku usaha tidak bisa membuka gerainya, mal hingga restoran sangat sepi pengunjung. Dengan demikian, wajar saja dunia usaha belum membutuhkan kredit modal kerja, apalagi kredit investasi.
Bank juga perlu berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena risiko menjadi lebih tinggi.
Dalam kondisi saat ini, menurut dia, stabilitas sistem keuangan harus lebih diutamakan dibandingkan mendorong ekonomi.
Pandemi corona membuat kredit bermasalah atau non performing loan perbankan meningkat. Hal ini juga terjadi pada lima bank terbesar di Indonesia seperti terlihat dalam Databoks di bawah ini.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat kredit perbankan pada Juli tumbuh 1,54% secara tahunan atau year on year. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 1,49%.
Penyaluran kredit industri perbankan masih ditopang oleh bank-bank milik pemerintah yang porsinya hampir separuh dari total penyaluran kredit pada Juli. Kredit bank pelat merah pun tercatat tumbuh 3,36% yoy. Sementara, hingga Juli 2020 pertumbuhan kredit di bank pembangunan daerah tercatat naik 8,23% yoy. Sedangkan pertumbuhan kredit bank umum swasta hanya 0,91% yoy, dan bank asing mencatatkan kontraksi 0,74% yoy.
Jika berdasarkan kelompok bank umum kegiatan usaha, pertumbuhan kredit pada Juli terutama ditopang oleh BUKU IV yang tumbuh 2,41% yoy. Sementara kelompok BUKU II tumbuh 4,48%, BUKU I hanya 0,3%. Sebaliknya kelompok BUKU III kreditnya turun 1,13%.
Berdasarkan jenis penggunaannya secara industri, kredit modal kerja masih menopang penyaluran kredit perbankan hingga Juli 2020. Namun, kredit jenis ini tercatat mengalami penurunan 0,86% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Sementara itu, kredit investasi tercatat mampu tumbuh 5,92% hingga Juli 2020 dibandingkan periode hingga Juli 2019. Pertumbuhan juga tercatat pada jenis kredit konsumer yang mengalami pertumbuhan sebesar 1,45%.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam bahan paparan terkait tantangan dan kondisi ekonomi memproyeksi pernyaluran kredit pada tahun ini hanya akan tumbuh 5%, jeblok dibandingkan tahun lalu yang masih tumbu 6,08%.
Penyaluran kredit diproyeksi akan sedikit meningkat pada 2021 menjadi 5%. Lalu berlanjut pada 2020 sebesar 9,5% dan 2023 sebesar 9,9%.