Laba BRI Tumbuh 22% Jadi Rp 12,5 Triliun, Kredit Mikro Masih Primadona

Lavinda
Oleh Lavinda
6 Agustus 2021, 13:51
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengantongi laba bersih Rp 12,54 triliun pada semester I 2021, atau melesat 22,93% dari perolehan untung bersih periode yang sama tahun lalu, saat pandemi Covid-19 mulai terjadi, Rp 10,2 triliun.
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengantongi laba bersih Rp 12,54 triliun pada semester I 2021, atau melesat 22,93% dari perolehan untung bersih periode yang sama tahun lalu, saat pandemi Covid-19 mulai terjadi, Rp 10,2 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan perolehan laba bersih ditopang oleh pertumbuhan kredit yang positif, terutama kredit mikro, disertai biaya dana (cost of fund) yang lebih efisien.

"BRI berhasil mencatatkan kinerja yang positif. Kredit mikro BRI tumbuh 17%, BRI mampu mencetak laba 12,54 triliun selama enam bulan terakhir," ujar Sunarso dalam Paparan Publik Kinerja BRI Akhir Kuartal II secara virtual, Jumat (6/8).

Berdasarkan paparan, aset emiten berkode saham BBRI ini tumbuh positif 4,55% sampai Juni 2021, yakni menjadi Rp 1.450,91 triliun dari semula Rp 1.387,76 triliun.

Secara rinci dijelaskan, BRI menyalurkan kredit 929,4 triliun pada kuartal II 2021, naik positif dibanding Rp 922,97 triliun pada kuartal II 2020.

Penopang terbesarnya berasal dari kredit mikro yang tercatat Rp 366,56 triliun atau naik 17% year on year (YoY). Sementara itu, kredit konsumer tumbuh 3,54% YoY menjadi Rp 145,94 triliun. "Kredit konsumer menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah BRI," katanya.

Selanjutnya, kredit di segmen usaha kecil dan menengah (UKM) tercatat Rp 236,82 triliun, dan kredit korporasi Rp 180.08 triliun. 

Berdasarkan porsinya, kredit mikro menempati urutan pertama mencapai 39,44% dari total penyaluran kredit BRI. Ke depan, Sunarso menargetkan porsi kredit mikro akan meningkat menjadi 45% dari total portofolio kredit pada 2025.

Secara umum, portofolio kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tercatat 80,62% dari total portofolio BRI. Angka ini meningkat dari periode yang sama tahun lalu dengan porsi 78,58%. Pada 2025, bank pelat merah ini akan terus meningkatkan porsinya menjadi 85%.

Dari sisi kualitas kredit, di tengah kondisi ekonomi yang menantang tahun ini, perusahaan memiliki rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) 3,3%. Guna menghadapi risiko kredit macet, BRI menyiapkan cadangan (NPL coverage) 254,84% atau 2,5 kali dari jumlah NPL.

"Kondisi cadangan dialokasikan dengan mempertimbangkan kondisi restrukturisasi BRI saat ini, karena kami sedang mengalami restrukturisasi walaupun jumlahnya menurun," ujarnya.

Terkait liabilitas, BRI mampu menghimpun dana pihak ketiga Rp 1.096,45 triliun atau tumbuh 2,23% YoY. Jumlah tabungan tumbuh 11,4% atau Rp 461,7 triliun, giro Rp 191,39 triliun, sementara deposito Rp 443,35 triliun.

Peningkatan ini mendorong pertumbuhan rasio dana murah BRI menjadi 59,56%, tumbuh dari persentase sebelumnya 55,81%. Porsi rasio dana murah yang meningkat membuat biaya dana (cost of fund) menyusut dari 3,54% menjadi 2,18%.

"Dengan pertumbuhan kredit yang positif disertai cost of fund yang lebih efisien, membuat net interest income (pendapatan bunga bersih) tumbuh 28.7% menjadi Rp 47,73 triliun," katanya.

Dengan demikian, rasio kecukupan likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) tercatat tumbuh menjadi 84,77%, sementara rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada di level 19,98%.

Sunarso mengatakan pihaknya optimistis bisa menjaga pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan dengan tetap berhati-hati dalam mengelola dampak pandemi Covid-19. Salah satunya, dengan disiplin membentuk cadangan yang memadai. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...