BTPN Syariah Bukukan Laba Rp 1 Triliun di Q3, Pembiayaan Tumbuh 5%
Emiten bank syariah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), membukukan laba bersih Rp 1 triliun sampai dengan periode sembilan bulan pertama tahun ini.
Perolehan laba bersih tersebut mengalami koreksi 24% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,32 triliun. Fachmy Achmad, Direktur Keuangan BTPN Syariah menjelaskan, penurunan laba bersih terjadi lantaran meningkatnya biaya pencadangan hampir 89% secara tahunan.
"Pencadangan yang meningkat sejalan dengan kondisi yang masih menantang di segmen yang kita layani (ultra mikro)," kata Fachmy, kepada media di Jakarta, Rabu (18/10).
Hingga kuartal ketiga tahun ini, BTPN Syariah tercatat menyalurkan pembiayaan Rp 11,93 triliun, mengalami kenaikan 5% dibanding periode sama di tahun sebelumnya Rp 11,34 triliun.
Total aset emiten bersandi BTPS ini meningkat 7% secara tahunan menjadi Rp 21,96 triliun dari posisi September 2022 lalu Rp 20,57 triliun.
Fachmy melanjutkan, kondisi yang menantang tersebut turut berimbas terhadap kualitas aset. Hal ini terlihat dari kenaikan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) secara gross yang naik menjadi 3% dibanding periode kuartal ketiga tahun sebelumnya 2,4%. Sedangkan, rasio NPF bersih naik menjadi 0,7% dari sebelumnya 0,1%.
Namun, BTPS tetap menjaga rasio permodalan yang cukup kuat di level 49,7% per September tahun ini dengan return of asset (RoA) di level 7,8%.
"Kita berusaha menjaga semua rasio tetap kuat di atas rata-rata industri," tuturnya.
Fachmy menambahkan, di tengah kondisi pasca pandemi covid-19 yang masih menantang, BTPN Syariah menggulirkan berbagai program untuk memperkuat kapasitas masyarakat inklusi.
Salah satu yang dilakukan yakni memberikan insentif bagi anggota sentra yang memiliki tingkat kehadiran 90% di kumpulan atau Pertemuan Rutin Sentra (PRS) setiap dua minggu sekali dan membayar angsuran tepat waktu.
Di samping itu, BTPN Syariah juga melibatkan lebih banyak pihak dalam program pendampingan sebagai wujud komitmen manajemen dalam memperluas akses pengetahuan bagi masyarakat inklusi. Tercatat, lebih dari 1.600 mahasiswa dari 258 universitas di 20 provinsi di Indonesia terlibat menjadi fasilitator dalam program Bestee Tepat (Bersama Berdaya Sahabat Tepat Indonesia).