Kredit Kupedes BRI Tumbuh Pesat
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat kinerja kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus bertumbuh usai pandemi. Adapun salah satu pendorong pertumbuhan kredit segmen ini pada kuartal III 2023 adalah produk komersial Kupedes.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, pascapandemi bisnis di segmen mikro kembali bergeliat. “Sampai dengan September 2023, pertumbuhan Kupedes tercatat 57,5 persen. Benar, adanya bahwa di dalam riset BRI menyatakan nasabah pelaku usaha UMKM itu tidak sensitif terhadap suku bunga,” katanya dalam siaran pers, dikutip Rabu (15/11).
Adapun kredit segmen mikro BRI hingga kuartal III tahun ini mencapai Rp479,9 triliun, tumbuh sekitar 10,9 persen secara tahunan. Dari jumlah tersebut, nilai Kupedes BRI tercatat Rp201,4 triliun, atau mencakup 42 persen dari total portofolio kredit mikro BRI. Komposisi pencairan kredit berdasarkan produk juga didominasi Kupedes dengan porsi hingga 60,1 persen.
Dengan 83 persen portofolio di segmen UMKM, BRI mampu melakukan manajemen risiko dengan baik. BRI mencatat rasio non performing loan (NPL) 3,14 persen, sementara NPL segmen mikro 2,41 persen.
Segmen Mikro Dominasi Kredit UMKM
Terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengaku bahwa performa kredit mikro secara umum lebih baik. “Kenapa kredit mikro masih tumbuh cukup bagus? Karena mikro ini jumlahnya jauh lebih banyak,” ujarnya.
Saat ini Indonesia memiliki sekitar 64 juta UMKM. Dari jumlah tersebut, 700 ribu di antaranya merupakan usaha kecil, sementara segmen menengah kurang dari 100 ribu pelaku usaha. Sisanya, lebih dari 60 juta adalah pelaku usaha mikro.
Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 25 persen pelaku usaha yang memiliki akses ke perbankan. Pun hanya segelintir usaha mikro yang telah mendapatkan akses pembiayaan dari industri perbankan.
Dengan demikian, ruang bank untuk ekspansi pada segmen tersebut masih sangat lebar. Hal itu belum lagi ditambah dengan para pelaku usaha yang berpindah skala usaha, dari ultramikro ke mikro. “Sehingga, wajar pertumbuhan kredit mikro masih positif dan semakin besar porsinya,” kata Faisal.
Selain itu, kredit mikro merupakan segmen yang lebih kebal terhadap kondisi ketidakpastian ekonomi, baik domestik maupun global. “Karena, kebanyakan dari mereka bergerak di bisnis kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak pernah kehilangan pasar dan selalu haus modal,” imbuhnya.
Hal itu terlihat pula dari kinerja kredit mikro pada tataran industri. Bank Indonesia memaparkan, kredit UMKM tumbuh 8,2 persen secara year-on-year (YoY) menjadi Rp1.332,9 triliun. Bila dirinci, segmen mikro tumbuh 25,7 persen, kecil terkoreksi 1,3 persen, dan menengah terkoreksi 5,3 persen.
Sepanjang 2023, hingga September segmen mikro menjadi motor pertumbuhan kredit UMKM. Rasionya mencapai 45,48 persen. Sebagai perbandingan, per Desember 2022, rasio kredit mikro terhadap penyaluran dana ke UMKM masih sebesar 40,07 persen.