Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi di Atas US$ 3.500 per Ons, Perak Ikut Melesat
Harga emas dunia kembali mencatatkan rekor baru pada perdagangan Selasa (2/9) waktu setempat. Emas spot naik lebih dari 1% dan sempat menembus level US$ 3.529,93 per ons, tertinggi sepanjang masa, didorong ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) serta meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.
Merujuk laporan reuters, berdasarkan data harga emas spot menguat 1,5% ke posisi US$ 3.529,01 per ons pada pukul 14.00 EDT (18.00 GMT). Sejak awal tahun, logam mulia ini sudah melesat 34,5%.
Emas naik lebih dari 1% pada hari Selasa, mencapai level tertinggi sepanjang masa di atas $3.500 per ons, dengan investor membludak ke logam mulia tersebut di tengah meningkatnya keyakinan akan pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan risiko politik serta ekonomi yang masih ada.
Harga emas spot naik 1,5% menjadi $3.529,01 per ons pada pukul 14.00 EDT (18.00 GMT), setelah sempat mencapai level tertinggi $3.529,93. Emas batangan telah menguat 34,5% tahun ini.
"Pasar emas memasuki periode musiman yang kuat untuk konsumsi, ditambah dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September. Kami terus memperkirakan rekor tertinggi baru," kata analis logam mulia di Standard Chartered Bank, Suki Cooper, seperti dikutip Rabu (3/9).
Menurut CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga 25 basis poin pada rapat The Fed 17 September mencapai hampir 92%. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah.
Reli emas tahun ini juga ditopang pembelian berkelanjutan oleh bank sentral, pelemahan dolar AS, serta meningkatnya diversifikasi portofolio investor dari dolar. Ketegangan politik di Amerika Serikat turut memperkuat sentimen, termasuk perselisihan Presiden Donald Trump dengan The Fed terkait kritik terhadap Ketua Jerome Powell serta desakan untuk mencopot Gubernur Lisa Cook.
“Situasi ini membuat investasi emas lebih menarik. Tuduhan terhadap Cook merupakan peringatan bagi anggota FOMC lainnya agar tunduk pada tekanan pemerintah,” tulis Commerzbank dalam risetnya.
Pasar kini menanti rilis data nonfarm payrolls (NFP) AS pada Jumat mendatang. Hasil yang lebih lemah dari perkiraan bisa memicu spekulasi pemangkasan suku bunga lebih dalam, yakni 50 basis poin, meski sebagian analis menilai skenario itu kecil kemungkinan.
Selain faktor fundamental, aliran dana ke produk investasi berbasis emas ikut memperkuat reli. SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kepemilikan naik 1,01% pada Jumat lalu menjadi 977,68 ton, tertinggi sejak Agustus 2022.
“Pembelian oleh bank sentral bisa terus menjadi fondasi bagi emas. Namun, arus masuk ETF juga harus aktif kembali agar harga menembus target bullish akhir tahun di US$ 3.675 per ons,” ujar Kepala Strategi Komoditas Global J.P. Morgan Natasha Kaneva.
Bank investasi tersebut memperkirakan harga emas bisa mencapai US$ 4.250 pada akhir 2026.
Harga Perak Ikut Melesat
Sementara itu, harga perak spot naik 0,4% ke US$ 40,84 per ons, level tertinggi sejak September 2011. Platinum terkoreksi 0,2% menjadi US$ 1.397,16, sedangkan paladium stabil di US$ 1.137,33.
Laporan Blomberg menulis, logam mulia ini telah naik sekitar 40% sepanjang tahun ini, dengan harga menembus $40 per ons untuk pertama kalinya sejak 2011 pada hari Senin. Perak juga dihargai karena penggunaan industrinya dalam teknologi energi bersih, termasuk panel surya.
Dengan latar belakang tersebut, pasar sedang menuju defisit untuk tahun kelima, menurut Silver Institute. Pelemahan dolar AS juga telah meningkatkan daya beli di negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok dan India.
Pasar kini menunggu keputusan penting tentang apakah Trump memiliki dasar yang sah untuk mencopot Gubernur The Fed Lisa Cook dari bank sentral. Jika dianggap sah, langkah tersebut akan memungkinkan presiden untuk menggantinya dengan pejabat yang cenderung dovish.
Secara terpisah, pengadilan banding federal mengatakan Jumat malam bahwa tarif global Trump diberlakukan secara ilegal berdasarkan undang-undang darurat, meningkatkan ketidakpastian bagi importir Amerika sekaligus berpotensi menunda dividen ekonomi yang dijanjikan oleh pemerintah.
