Emiten Alat Kesehatan Mendulang Untung Besar di Masa Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19 yang membuat banyak sektor bisnis melemah, bisnis peralatan kesehatan malah mendulang untung besar. Hal itu terlihat, salah satunya dari pencapaian PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang mengalami pertumbuhan pendapatan hingga 100% dan laba bersihnya 82,3% sepanjang 2020.
Berdasarkan laporan keuangan Itama Ranoraya, total pendapatan usaha perusahaan sebesar Rp 563,88 miliar sepanjang 2020. Capaian tersebut melonjak hingga 100% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 281,75 miliar saja.
Manajemen Itama Ranoraya mengakui, pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik. Sehingga, ada dampak negatif yang dirasakan oleh perusahaan terhadap kinerja keuangan. Tapi, manajemen juga mengakui ada dampak positif dari pandemi.
"Pandemi Covid-19 memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kinerja keuangan dan kemampuan entitas dalam mempertahankan usahanya," seperti tertulis dalam laporan keuangan Itama Ranoraya yang dikutip, Senin (22/10).
Manajemen menyatakan akan terus memantau secara seksama operasi, likuiditas, serta bekerja secara aktif untuk mengurangi dampak yang merugikan terhadap perusahaan. Pihak manajemen pun memiliki strategi dalam menghadapi ketidaktentuan kondisi ekonomi global saat ini maupun di masa mendatang.
Sebagai perusahaan pengadaan alat kesehatan, manajemen melakukan upaya untuk menambah produk baru yang berhubungan dengan penanganan pandemi Covid-19 dan selalu mengoptimalkan kinerja karyawan.
Pendapatan usaha Itama ranoraya disumbang oleh dua segmen bisnisnya yaitu produk diagnostic in vitro dan alat kesehatan non-elektromedika. Produk diagnostic in vitro menyumbang paling besar dengan pendapatan senilai Rp 410,8 miliar, naik hingga 183% dari Rp 144,97 miliar.
Sementara, pendapatan usaha dari segmen bisnis alat kesehatan non-elektromedik senilai Rp 147,77 miliar pada 2020. Pendapatan dari segmen bisnis ini mengalami kenaikan hingga 24,81% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 118,39 miliar.
Kenaikan pendapatan seiring dengan meningkatnya beban pokok penjualan. Namun, persentasenya masih sedikit lebih besar kenaikan pendapatannya. Beban pokok penjualan Itama Ranoraya naik 99,62% menjadi Rp 222,15 miliar pada tahun lalu.
Berdasarkan segmentasinya, beban pokok penjualan produk diagnostic in vitro mencapai 321,91 miliar atau mengalami kenaikan 183% dari beban pada tahun sebelumnya. Beban penjualan pada segmen alat kesehatan non elektromedik tercatat senilai Rp 117,68 miliar atau meningkat 25,85%.
Dengan kenaikan pendapatan usaha yang sedikit lebih tinggi dari beban, perusahaan masih mampu mengantongi laba kotor senilai Rp 120,41 miliar tahun lalu. Nilai ini meroket hingga 102% dibandingkan 2019 yang hanya Rp 59,59 miliar.
Laba operasi Itama Ranoraya pun tercatat senilai Rp 78,2 miliar pada 2020, mengalami kenaikan 80,18%. Padahal, profitabilitasnya sudah berkurang akibat beban operasional yang senilai Rp 42,21 miliar atau naik 160% dibandingkan tahun sebelumnya.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan yang senilai Rp 16,9 miliar atau naik 55,3% dari tahun sebelumnya, laba bersih Itama Ranoraya tercatat senilai Rp 60,52 miliar pada 2020 lalu. Catatan tersebut naik hingga 82,26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 33,2 miliar.
Harga Saham yang Juga Meroket
Tidak hanya kinerja keuangan saja yang kinclong, saham Itama Ranoraya di Bursa Efek Indonesia pun bersinar. Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang 2020 mengalami koreksi hingga 5,09% menjadi di level 5.979 pada 30 Desember 2020.
Saham perusahaan yang berkode IRRA ini sepanjang 2020 mengalami kenaikan hingga 146,15% menjadi Rp 1.600 per saham pada 30 Desember 2020. Harga tersebut, merupakan harga tertinggi yang bisa dicapai IRRA sepanjang tahun lalu. Sedangkan level terendah terjadi pada 23 Maret 2020 di harga Rp 460 per saham.
Target 2021, Laba Tumbuh 100%
Direktur Utama Itama Ranoraya Heru Firdausi Syarif mengungkapkan dengan pencapaian yang gemilang tahun lalu, perseroan menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi lagi tahun ini. Perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih bisa mencapai 80%-100%.
"Kami optimistis baik produk non-elektromedik, maupun produk invitro seperti swab antigen, mesin plasma, dan USG masih akan tumbuh bagus. Kami juga memiliki produk baru yaitu Avimac yang akan mulai kami pasarkan tahun ini," ujar Heru pertengahan Januari lalu.
Produk Avimac berupa imunomodulator untuk peningkatan imun tubuh yang dapat mendukung percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia. Produk ini sudah diproduksi di Australia dan saat ini sedang dalam uji klinis tahap 3 di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).