Anak Usaha WIFI dan Mitsui Jajaki Kerja Sama Bangun Serat Optik
Anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE) dan Mitsui & Co. Ltd menjajaki kerja sama pembangunan jaringan serat optik berkapasitas besar di Pulau Jawa. Hal tersebut ditunjukkan melalui penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara kedua perusahaan.
Nota tersebut berisi rencana Mitsui dan IJE dalam memfasilitasi transfer pengetahuan dan teknologi terkait pengembangan infrastruktur digital. Selain itu, nota juga memfasilitasi potensi investasi bersama.
"Penandatanganan MoU tersebut merupakan perwujudan misi perusahaan, yakni menghadirkan konektivitas bagi masyarakat luas, terutama di kota Tier-2 dan Tier-3," kata CEO WIFI Surge Hermansjah Haryono dalam keterangan tertulis dikutip Minggu (7/11).
Hermansjah mengatakan kolaborasi diharapkan dapat mempercepat penggelaran serat optik di sepanjang rel kereta api di berbagai lokasi, seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sejauh ini, WIFI telah menyelesaikan sebagian jaringan serat optiknya. Sebagai anak perusahaan, IJE harus mempersiapkan berbagai solusi, di antaranya, konektivitas, pusat data (data center) dan telekomunikasi.
IJE memulai pembangunan serat optik di rel sepanjang 2.800 kilometer milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) sejak 2019. Kapasitas bandwith yang dipasang pada serat optik tersebut mencapai 15.00 Gbps. Kapasitas tersebut telah memperhitungkan kebutuhan 10 tahun mendatang di kawasan tersebut berdasarkan multiple point of presence (MPOP).
Selain IJE, Hermansjah mengatakan pihaknya telah melakukan penjajakan dengan beberapa calon pengguna data dari perusahaan multinasional. Menurutnya, calon pengguna tersebut memiliki basis produksi di Kawasan Industri Cikarang.
"Kami sangat terbuka untuk kerja sama dengan berbagai pihak lain yang juga memiliki misi yang sama untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia,” katanya.
Berdasarkan studi Alpha-JWC dan Kearney, kontribusi ekonomi digital dari kota-kota Tier-2 dan Tier-3 dapat mencapai 30%-50% pada 2025. Namun demikian, hal tersebut harus didorong dengan infrastruktur digital yang tepat.
Sejauh ini, Bank Dunia memperkirakan jumlah pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta. Secara presentasi, angka tersebut hanya 4% dari populasi dan 16% dari rumah tangga.
Alhasil, Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga dalam hal internet berkecepatan tinggi, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.