Stok Batu Bara Kritis, Pabrik Semen Hentikan Sebagian Unit Produksi
Asosiasi Semen Indonesia menyebut sejumlah pabrik semen berpotensi menghentikan sebagian unit produksinya akibat keterbatasan stok batu bara.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan sejumlah perusahaan terpaksa menghentikan produksi untuk pasar ekspor karena tidak punya batu bara sebagai bahan bakar pabrik semen. Data anggota ASI menyebut aktivitas ekspor pabrik semen nasional hanya bertahan maksimal hingga 10 November 2021. Alhasil, proses produksi di beberapa pabrik semen dihentikan untuk mengurangi beban produksi. Salah satu yang ikut terdampak adalah PT Semen Indonesia Tbk.
"[Sebagian perusahaan] harus menghentikan sebagian unit produksinya, seperti [sebagian pabrik milik] PT Semen Indonesia di Tuban dan Rembang," katanya kepada Katadata, Senin (15/11).
Masih menurut ASI, selain Semen Indonesia, beberapa perusahaan yang menghentikan beberapa unit produksinya adalah PT Semen Tonasa, PT Semen Padang, PT Cemindo Gemilang.
ASI mencatat Semen Tonasa memiliki satu pabrik di Pangkep, Sulawesi Selatan dengan kapasitas terpasang 7,4 juta ton per tahun. Sementara itu, Semen Padang memiliki satu pabrik di Indarung, Sumatera Barat dengan kapasitas terpasang 8,9 juta ton per tahun. Adapun Cemindo memiliki satu pabrik di Bayah, Banten dengan kapasitas terpasang 4,5 juta ton per tahun.
Semen Indonesia memiliki dua pabrik yang dioperasikan di Tuban, yakni oleh PT Semen Gresik dengan kapasitas terpasang 13,5 juta ton per tahun dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB) dengan kapasitas terpasang 3,96 juta ton per tahun. Grup Semen Indonesia tercatat memiliki total kapasitas terpasang mencapai 51,03 juta ton per tahun.
Katadata sudah mencoba menghubungi Kepala Departemen Komunikasi SMCB Sigit Wahono untuk meminta konfirmasi. Namun, hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban dari perusahaan.
Widodo mengatakan pabrikan semen nasional mengapresiasi langkah pemerintah dalam penetapan harga batu bara khusus bagi industri semen senilai US$ 90 per ton. Namun demikian, pasokan batu bara ke industri semen masih tersendat.
Oleh karena itu, mayoritas pabrikan semen akan menghentikan program ekspor. Keputusan itu akan terus berlanjut hingga persediaan batu bara di pabrikan mencapai 3-4 minggu produksi.
Adapun, kinerja ekspor per Oktober 2020 tidak berbeda jauh secara tahunan atau sebanyak 1,06 juta ton. Walakin, kinerja ekspor selama 10 bulan terakhir naik 72,15% menjadi 10,45 juta ton dari kinerja periode yang sama tahun lalu sebanyak 6,07 juta ton.
Akan tetapi, kinerja tersebut masih jauh dari target ekspor industri semen tahun ini sebanyak 12 juta ton. Walaupun hanya harus mengekspor setidaknya 775 ribu ton pada 2 bulan terakhir 2021, Widodo pesimistis lantaran program ekspor mayoritas pabrik November 2021 dihentikan di awal bulan.
"Harapan ini pupus karena November dan Desember kemungkinan tidak ada ekspor lagi karena kritisnya stok batu bara [di pabrikan]. Hal ini betul-betul dilema yang harus diperhatikan pemerintah," ucap Widodo.