Kinerja Manis Mitra Keluarga Usai Tertekan di Awal Pandemi
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung tahun ini rupanya menambah pundi-pundi kas emiten rumah sakit, satu di antaranya Mitra Keluarga. Dalam sembilan bulan pertama 2021, laba perusahaan dengan kode saham MIKA tersebut naik 77,1 % menjadi Rp 791 miliar.
Cuan MIKA naik berkali lipat jika dibandingkan kinerja perusahaan sebelum pandemi Covid-19. Mengacu pada laporan keuangan Mitra Keluarga per Desember 2019, laba periode berjalan dibukukan tumbuh 20,1 % menjadi Rp 791,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebelum pandemi, kondisi MIKA memang cenderung sehat. Hal itu dapat dilihat dari kinerja perusahaan pada akhir 2019. Mitra Keluarga membukukan penjualan naik 18,1 %, dari Rp 2,7 triliun menjadi Rp 3,2 triliun per Desember 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dua tahun lalu, lini bisnis rawat inap berkontribusi 61,6 % atau Rp 1,98 triliun terhadap total pendapatan bersih Mitra Keluarga. Penjualan obat dan perlengkapan medis menjadi penyumbang terbanyak, yakni Rp 898,3 miliar alias 45,5 % dari total pendapatan rawat inap MIKA.
Adapun lini bisnis rawat jalan berkontribusi 38,3 % atau Rp 1,23 triliun terhadap total pendapatan bersih Desember 2019.
Walau kerap menorehkan cerita bahagia, kinerja keuangan MIKA sempat tertekan pada tahun lalu, saat pandemi corona menyebar ke polosok Tanah Air. Pada 2020, pendapatan perusahaan melambat dan hanya tumbuh 6,68 % menjadi Rp 3,4 triliun dari capaian akhir 2019.
Untungnya, lambatnya pertumbuhan pendapatan MIKA di 2020 turut disertai beban perusahaan yang hanya naik 3,4 %. Alhasil, emiten kesehatan tersebut masih membukukan pertumbuhan laba sekitar 16,7 % ke level Rp 923,5 miliar per Desember 2020.
Tekanan kinerja keuangan Mitra Keluarga tak bertahan lama. Laba MIKA ini kemudian melejit ke level Rp 1,010 triliun di kuartal ketiga 2021. Secara tahunan, angka tersebut naik 77,1 % dari Rp 570 miliar di periode yang sama tahun lalu. Adapun bila dibandingkan laba pra Covid-19, laba MIKA mengalami peningkatan sekitar 27%.
Selain itu, Mitra Keluarga juga sukses membukukan pendapatan naik menjadi Rp 3,4 triliun per September 2021. Capaian tersebut meningkat 47,1 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 2,3 triliun.
Dalam sembilan bulan pertama 2021, beban pokok pendapatan naik 32,8 % menjadi Rp 1,6 triliun secara year on year (yoy). Berkat capaian dalam sembilan bulan pertama 2021 tersebut, MIKA sukses mencetak laba bersih naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan MIKA Naik Selagi Pandemi
Menurut laporan keuangan MIKA, perusahaan ini berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,4 triliun pada kuartal ketiga 2021. Jumlah ini hanya meningkat 6,2% jika dibanding dengan pendapatan pra pandemi di tahun 2019 sebesar Rp 3,2 triliun. Bahkan, dibandingkan capaian 2020, pendapatan triwulan 2021 ini justru lesu sekitar 0,37%.
Baik sebelum dan selama pandemi, pendapatan MIKA diperoleh dari kinerja dua segmen bisnisnya, yakni pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Dari kedua pelayanan ini, pendapatan dari pelayanan rawat inap tumbuh sebesar 13,2% pasca Covid-19.
Tercatat pemasukan pelayanan rawat inap di 2019 sebesar Rp 1,97 triliun, sementara di 2021 angkanya naik menjadi Rp 2,23 triliun. Meski begitu, pemasukan pelayanan rawat inap tertinggi, justru terjadi pada 2020 yaitu sebesar Rp 2,24 triliun, berbeda tipis jika dibandingkan kuartal III-2021.
Lebih detail lagi, pendapatan paling banyak dari pelayanan rawat inap ini adalah melalui obat dan perlengkapan medis, yang naik 22,8% dari angka Rp 898 miliar di 2019 menjadi Rp 1,005 triliun di kuartal ketiga 2021. Bahkan jika dibandingkan dengan 2020, pendapatan MIKA dari obat dan perlengkapan medis dalam pelayanan rawat inap hanya sebesar Rp 669,9 miliar, 50% lebih kecil dibandingkan segmen yang sama di triwulan ketiga 2021.
Adapun untuk kontribusi segmen, pendapatan bersih dari layanan rawat inap per September 2021 masih menjadi penyumbang terbanyak. Di mana, kontribusinya mencapai 65,7 % atau Rp 2,24 triliun terhadap total pendapatan. Capaian tersebut ditopang penjualan obat dan perlengkapan medis yang tembus Rp 1 triliun untuk segmen ini.
Sementara itu, segmen bisnis rawat jalan berkotribusi 34,3 % terhadap total pendapatan bersih MIKA, atau sekitar Rp 1,2 triliun. Di mana, layanan penunjang medis menjadi kontributor terbanyak yang menyumbang pendapatan pada segmen rawat jalan tersebut.
Tren Koreksi Saham MIKA
Saham MIKA sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Maret 2015. Kala itu, MIKA membagikan 261,9 juta lembar saham dengan harga Rp 17.000 per sahamnya. Dengan begitu, perusahaan bisa meraup dana sebanyak Rp 4,45 triliun dari aksi korporasi.
Sayangnya, pergerakan saham perusahaan tidak semulus kinerja keuangannya yang kian positif. Pada penutupan perdagangan Rabu (8/12), saham MIKA ditutup moderat di level Rp 2.390 per lembar saham.
Tren zona merah pada saham MIKA ini juga berlangsung sepanjang 2021 alias year to date (ytd), yakni sebanyak 12,45 %. Dilansir dari RTI Business, meskipun cenderung bertahan di zona merah, namun dalam sebulan terakhir harganya mulai menunjukkan perbaikan, di mana sudah naik 7,6 % per Rabu (8/12).