Rugi Membengkak, Hero Gencar Buka IKEA di Luar Jawa dan Jualan Daring
PT Hero Supermarket Tbk berencana mendongkrak kinerja bisnis pada tahun depan, setelah sempat merosot dalam dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19. Caranya, dengan memperluas gerai furnitur IKEA ke luar Jawa pada paruh kedua 2022 dan mulai bermitra dengan toko daring atau online groceries untuk lebih gencar melakukan pemasaran pada ekosistem digital.
Emiten industri ritel berkode HERO ini masih akan membuka gerai IKEA di Jakarta, tepatnya di Mal Taman Anggrek pada paruh pertama 2022.
"Setelah itu kami akan fokus ke luar Jakarta dan luar Pulau Jawa. Ke depannya, tentu IKEA semakin memperluas cakupan operasionalnya. Dalam jangka panjang kami ingin memperluas cakupan (pasar) ke luar Pulau Jawa," kata Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall dalam public expose perseroan, Kamis (9/12).
Sejauh ini, perseroan telah membuka tiga gerai baru IKEA, yakni di Bandung, Jakarta, dan Bali. Selain itu, perseroan juga telah mengubah enam gerai Giant menjadi Hero Supermarket.
Dalam memperluas pasar, perseroan juga akan memperluas jangkauan pasar Hero ke ekosistem digital. Adapun, strategi yang akan digunakan adalah bermitra dengan online groceries maupun agregator daring lainnya.
Aksi itu dipilih lantaran perseroan tidak melihat meningkatnya frekuensi maupun belanja daring sebagai pesaing, namun sebagai tren. Oleh karena itu, HERO lebih memilih untuk menggabungkan layanan perseroan dengan mitra maupun menawarkan kelebihan perseroan agar dapat bermitra, bukan melakukan merger, akuisisi, maupun membuat perusahaan patungan.
"Pada 2022, kami akan lebih dekat dengan kanal-kanal digital. HERO akan masuk ekosistem digital dengan cara partnership, kami tidak akan membuat start-up baru. HERO akan jadi pemain (di pasar daring) dengan stakeholder lain," ucap Direktur Operasional HERO Hendi.
Per Mei 2021, HERO mengumumkan perubahan pendekatan perdagangannya. Beberapa di antaranya dengan meningkatkan investasi di merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket dan beralih dari merek Giant.
Perseroan juga telah menjajaki divestasi sejumlah properti yang dimiliki untuk memberi fleksibilitas neraca yang lebih baik. Hal ini dilakukan untuk menunjang jalannya kegiatan usaha selama pandemi COVID-19 serta inisiatif pertumbuhan di masa depan.
Berdasarkan laporan keuangan HERO, pendapatan bersih perseroan turun 35,19% dari realisasi Januari-September 2020 senilai Rp 6,8 triliun menjadi Rp 4,4 triliun. Selain itu, laba kotor perseroan turun 32% menjadi Rp 1,2 triliun.
Direktur HERO Erwantho Siregar mengatakan penyebab utama penurunan pendapatan bersih pada sembilan bulan pertama 2021 adalah pandemi Covid-19. Pasalnya, jumlah kunjungan ke gerai perseroan jatuh karena adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat pada kuartal III-2021.
Selain itu, penurunan juga didorong oleh perubahan pola belanja selama pandemi. Perseroan melihat adanya pergeseran kontribusi penjualan segmen non makanan dari 30% pada Januari-September 2020 menjadi 45% pada tahun ini.
Melihat hal tersebut, perseroan merespons dengan meningkatkan penjualan daring salah satu merek dagang perseroan, yakni IKEA. Erwantho mencatat pertumbuhan penjualan daring per kuartal III-2021 tumbuh lebih tinggi daripada kuartal lainnya pada tahun ini.
Akan tetapi, rugi bersih perseroan justru melebar lebih dari dua kali lipat atau 124% hingga kuartal III-2021 dari Rp 341 miliar menjadi Rp 764 miliar. Dengan demikian, rugi per saham ikut bertambah menjadi Rp 179 per saham.
Erwantho menjelaskan kerugian bersih yang cukup dalam disebabkan turunnya penjualan perseroan. Selain itu, laporan keuangan perseroan juga terbebani biaya restrukturisasi yang dilakukan perseroan tahun ini.
Berdasarkan data Stockbit, harga HERO konsisten bergerak di zona hijau. Adapun, harga perseroan per Mei 2021 dari Rp 925 per saham pada 21 Mei 2021 menjadi Rp 1.730 pada 28 Mei 2021.
Harga HERO menyentuh titik tertingginya selama 5 tahun terakhir pada 3 Agustus 2021 di level Rp 1.930 per saham. Secara tahun berjalan, harga HERO naik 1.040 poin atau menguat 125,3% menjadi Rp 1.870 per saham dari posisi penutupan 2020 di level Rp 830 per saham.
Rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) HERO konsisten berada di bawah level minus 10 kali sepanjang 2021. Saat ini, rasio PE HERO berada di posisi minus 4,82 kali.