Astra Incar Peluang Baru di Lima Sektor, dari Kesehatan sampai EBT
PT Astra Internasional Tbk (ASII) berencana menjajaki peluang bisnis baru di lima sektor usaha, antara lain: sektor kesehatan, digital dan teknologi, jasa keuangan, pertambangan non-batubara atau energi terbarukan, dan logistik.
Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, sektor kesehatan merupakan salah satu lini bisnis yang akan menjadi fokus perseroan saat ini.
Sebagaimana diketahui, awal April lalu ASII membeli 30 juta saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dengan nilai investasi Rp 45 miliar. Perseroan membeli saham HEAL melalui aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (THMETD) atau private placement yang dilaksanakan oleh pengelola rumah sakit Hermina tersebut.
"Pembelian saham Hermina adalah langkah awal. Sebenarnya banyak yang sudah kami kaji, bukan hanya RS (rumah sakit), kami juga melakukan kajian di seluruh sub-sektor kesehatan," kata Djony dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (20/4).
Djony menjelaskan, perseroan merambah bisnis kesehatan agar lini yang dimiliki semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat luas. Ia menyebut, sektor kesehatan menarik bukan hanya dari sisi komersial saja, tetapi juga memberikan perseroan kesempatan untuk berkontribusi aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Djony mengungkapkan, ada tiga pertimbangan perseroan dalam menentukan sektor usaha yang berpotensi menjadi bisnis baru yakni, perseroan melihat sektor bisnis baru tersebut sesuai dengan visi dan misi jangka panjang perseroan. Kemudian, bagaimana perseroan bisa berkontribusi langsung pada sektor bisnis tersebut. Terakhir, bagaimana kultur dari perusahaan yang akan menjadi lini bisnis baru perseroan.
Di sektor logistik, Astra bekerja sama dengan Hongkong Land (HKL), dan Logos SE Asia Pte Ltd membuat perusahaan patungan atau joint venture (JV) pada awal Februari lalu.
Astra dan Hongkong Land membentuk perusahaan patungan melalui PT Astra Land Indonesia (ALI). JV ini berfokus mengelola gudang logistik modern di Indonesia dengan fokus awal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Adapun, pembentukan perusahaan patungan dengan Logos menunjukkan keyakinan perseroan terhadap sektor logistik. Pembentukan JV ini juga sebagai bagian dari upaya perseroan dalam memperluas ketersediaan fasilitas gudang modern untuk mendukung sektor logistik di Indonesia dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Pasar pengiriman dan logistik di Indonesia, termasuk gudang modern, diperkirakan meningkat dari US$ 81,3 miliar (Rp 1.171 triliun) pada 2020 menjadi US$ 138,04 miliar (Rp 1.988 triliun) pada 2026. Peningkatan investasi tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan e-commerce.
"Kami selalu ingin mengembangkan portofolio bisnis kami. Ada beberapa prospek di tahun ini yang sedang kami kaji dan kami lakukan semua posibility-nya, mudah mudahan bisa terealisasi," kata Djony.