Laba Emiten Jagoan Lo Kheng Hong Gajah Tunggal Terbang, Sahamnya ARA
Saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sentuh auto reject atas (ARA) pada perdagangan sesi dua, Jumat (27/10). Saham yang dikoleksi Lo Kheng Hong tersebut secara tiba-tiba tepatnya pukul 15.03 WIB terbang 170 poin atau 25% menjadi Rp 850 per saham.
Padahal dari pembukaan perdagangan tadi pagi hingga sebelum pukul 15.03 WIB, saham produsen ban tersebut cenderung flat di rentang harga Rp 675-690 per saham.
“GJTL tidak perlu dipom-pom, bisa naik sendiri,” ujar Lo Kheng Hong, Jumat (27/10).
Kenaikan saham GJTL seiring kinerja keuangan perseroan yang jauh membaik. Laba bersih hingga kuartal tiga 2023 tercatat mencapai Rp 699,27 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya rugi Rp 169,33 miliar. Laba tersebut mengalami kenaikan hingga 513%.
Padahal di sisi pendapatan justru mengalami penurunan pada periode sembilan bulan pertama 2023. Pendapatan tercatat Rp 12,57 triliun, turun tipis dari sebelumnya Rp 12,75 triliun.
Nama Lo Kheng Hong tercatat sudah menghilang dari daftar pemegang saham GJTL dengan porsi di atas 5%. Berdasarkan laporan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terkait kepemilikan investor di atas 5% pada semua emiten per 11 Juli 2023, nama Lo Kheng Hong sudah tidak tercantum lagi. Di situ hanya tercantum satu nama investor di atas 5% yakni Compagnie Financiere Michelin sebagai pemegang 10% saham GJTL.
Di sisi lain, Gajah Tunggal menargetkan peningkatan penjualan 10%-15% pada tahun ini. Adapun segmentasi penjualan ekspor diharapkan dapat mengerek target tersebut. Hal itu juga sejalan dengan optimisme meredanya resesi ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, terutama ketika memasuki kuartal ke tiga dan ke empat mendatang.
“Ekspor sedikit lesu jadi ekspektasi kami di kuartal ketiga akan pulih. Untuk sekarang kontribusi ekspor di bawah 30%, kalau secara historical biasanya di atas 40% per tahun,” ujar Direktur Gajah Tunggal Kisyuwono di Jakarta, Kamis (15/6).
Perseroan juga masih akan fokus untuk menjual ban pengganti. Apalagi sejauh ini, tren penjualan ban pengganti cukup stabil. “Kebutuhan terhadap ban pengganti akan selalu ada, tinggal masalah waktu saja orang akan mengganti ban kendaraannya,” ujarnya.