Ekonomi Belum Pulih, BTPN Syariah Bukukan Laba Bersih Rp 1,08 Triliun
PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) mencatatkan laba bersih Rp 1,08 triliun pada akhir 2023, turun 39,3% dibandingkan periode yang sama 2022 yang mencapai Rp 1,78 triliun. Kinerja perusahaan ini mencerminkan kondisi ekonomi yang masih menantang, khususnya untuk segmen ultra mikro yang menjadi basis nasabah BTPN Syariah.
Anak usaha PT Bank BTPN Tbk (BTPN) ini membukukan pembiayaan sebesar Rp 11,38 triliun pada tahun lalu, turun tipis sebesar 1,21% dibandingkan periode yang sama 2022. Sementara itu, pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik 4,58% secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp 5,25 triliun.
Namun, beban pemulihan kerugian atas penurunan nilai aset keuangan (pencadangan) naik menjadi Rp 1,89 triliun pada 2023 dari Rp 945,05 miliar. Beban operasional BTPN Syariah juga melonjak dari Rp 2,74 triliun menjadi Rp 3,88 triliun.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan laba sebelum pencadangan sebenarnya masih tumbuh 1%. "Kondisi post-Covid cukup unik bagi nasabah BTPN Syariah," ujarnya. Kondisi ekonomi pada tahun lalu cenderung lebih lambat dibandingkan pada masa pandemi sehingga bisnis para nasabah di segmen ultra mikro tersebut juga terdampak.
Fachmy mengungkapkan, BTPN Syariah memperkuat kapasitas masyarakat inklusi dengan memberikan akses pengetahuan dan pendampingan agar nasabah tetap tumbuh. Meski kondisi ekonomi masih menantang, bank tidak meninggalkan berbagai program yang digulirkan untuk segmen ultra mikro.
"Sejak awal berdiri 2010, BTPN Syariah secara sadar memilih segmen ultra mikro dalam menciptakan kesempatan tumbuh bersama dan mewujudkan hidup yang lebih berarti," ujar Fachmy.
Salah satu program pemberdayaan BTPN Syariah adalah program Bestee yang bertujuan membuat usaha nasabah lebih berkembang. Program Bestee melibatkan ribuan mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat inklusi dengan pendampingan dan berbagai pelatihan.
"Sejauh ini, sudah lebih dari 49 ribu ibu-ibu nasabah yang mendapatkan pendampingan dari 1.821 mahasiswa dalam memajukan usahanya di lebih dari 827 kecamatan di Indonesia," ungkap Fachmy .
Selain itu, Bank juga memberikan berbagai program reward di mana salah satunya nasabah akan mendapatkan insentif jika rutin hadir di kumpulan atau Pertemuan Rutin Sentra (PRS). Program-program tersebut merupakan upaya bank agar masyarakat inklusi bertahan dan tetap tumbuh di tengah kondisi yang masih menantang seperti sekarang.
Berdasarkan hasil survei Poverty Probability Index (PPI) terhadap nasabah yang sudah bergabung dalam lima tahun terakhir, jumlah keluarga yang memiliki tempat tinggal layak meningkat menjadi 94,6%. Keluarga yang memiliki toilet layak meningkat menjadi 85,3% sedangkan jumlah keluarga dengan anak bersekolah terus meningkat menjadi 92,5%.
Survei Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) juga menunjukkan bahwa nasabah BTPN Syariah mengalami penurunan kemiskinan ekstrem sebesar 7,4% setelah tiga tahun menjadi nasabah.