Laba Adaro Energy Tergerus 34% Imbas Penurunan Penjualan Batu Bara
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 1,64 miliar sepanjang 2023. Nilai ini setara Rp 25,8 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.719. Laba perusahaan terkontraksi 34,16% jika dibandingkan periode 2022 yaitu US$ 2,49 miliar.
Seiring dengan menurunnya laba, pendapatan usaha ADRO juga merosot 19,5% di 2023 menjadi US$ 6,51 miliar, atau Rp 102,44 triliun. Padahal tahun sebelumnya perusahaan mampu mencetak pendapatan hingga US$ 8,1 miliar.
Jika dirinci perolehan pendapatan usaha ADRO berasal dari penjualan batu bara ke pihak ketiga US$ 6,1 miliar. Lebih rendah 21,91% dari 2022 yaitu US$ 7,82 miliar. Pendapatan ini dibagi menjadi dua yakni perolehan dari ekspor US$ 5,28 miliar yang jatuh 23,94% dan domestik US$ 825,36 juta, turun 5,81%.
Adaro Energy Indonesia juga mengantongi pendapatan usaha dari pihak berelasi US$ 209,08 juta dari sebelum US$ 112,76 juta. Angka ini berasal dari penjualan batubara, jasa pertambangan, dan lain-lain.
Menelisik laporan keuangan perusahaan, total beban pokok pendapatan penjualan batubara Rp 3,8 miliar per 2023, atau Rp 59,86 triliun. Beban ini naik 15,18% dari 2022 senilai Rp 3,3 miliar, atau Rp 51,97 triliun.
Jika ditelusuri, beban pokok pendapatan penjualan batubara disebabkan royalti kepada pemerintah sebesar US$ 1,46 miliar, setara Rp 23,05 triliun per 2023, dari sebelum US$ 1,23 miliar. Terdapat juga beban pokok pendapatan di segmen peertambangan US$ 1,32 miliar, atau Rp 20,75 triliun.
Sementara total beban pokok pendapatan jasa pertambangkan ADRO sebesar US$ 3,8 miliar, setara Rp 59,86 triliun sepanjang 2023, dari sebelumnya US$ 3,3 miliar. Di sisi lain total beban pokok pendapatan jasa pertambangan seniai US$ 129,22 juta dan total beban pokok pendapatan sebesar US$ 42,49 juta.
Total ekuitas Adaro Energy Indonesia tercatat US$ 7,4 miliar, setara Rp 116,45 triliun. Ekuitas perusahaan meningkat 13,5% dibadingkan periode 2022 senilai US$ 6,52 miliar. Kemudian liabilitas ADRO sebesar US$ 3,06 miliar, atau Rp 48,16 triliun. Jika dibandingkan dari 2022 yaitu US$ 4,25 miliar, liabilitas terkikis 27,99%.
Adaro Energy mencatatkan total asetnya US$ 10,47 miliar, setara Rp 164,62 triliun. Asetnya turun 2,87% di 2023 dibandingkan 2022 aset perusahaan sebesar US$ 10,78 miliar.