Nasabah KUR BRI, Sate Klathak Pak Pong Primadona Kuliner Yogyakarta
Bagi yang belum pernah mencicipi sate klathak, nama tersebut mungkin terdengar unik. Sebenarnya, sate klathak dimasak dengan cara yang sama seperti sate pada umumnya, tapi tusuknya tidak terbuat dari bambu melainkan jeruji besi sepeda.
Karena ditusuk dengan besi, panas bara api bisa tersebar lebih cepat dan lebih merata, sehingga dagingnya pun empuk sempurna hingga ke dalam. Alih-alih manis seperti sate biasanya, sate klathak punya rasa yang gurih dan bikin ketagihan.
Sate Klathak Pak Pong termasuk salah satu yang melegenda di Yogyakarta. Zakiron alias Pak Pong, pemilik Sate Klathak Pak Pong, menjelaskan pertama kali merintis usaha tersebut pada 1997 dengan mengontrak sebuah kios kecil pinggir jalan berukuran 6x6 meter di daerah Jejeran, Bantul, Yogyakarta.
“Kemudian, untuk mengembangkan usaha kuliner ini, pada tahun 2000 saya memberanikan diri pinjam modal usaha ke KUR BRI,” ungkap Zakiron.
Nama Pong ternyata berasal dari bahasa Jawa, yaitu jempong, sebutan untuk orang yang bangun tidurnya suka molor atau siang-siang. Dahulu Zakiron kecil suka jempong sehingga dipanggil Pong oleh bapaknya. Gara-gara itu juga, kebanyakan warga sekitar lebih mengenal Zakiron sebagai Pong, ketimbang nama aslinya. Dari situlah nama Sate Klathak Pak Pong kemudian lahir.
Pasca gempa Yogyakarta pada 2006, Sate Klathak Pak Pong justru mengalami nasib baik. Masifnya pembeli membuat nama Sate Klathak Pak Pong melambung. Banyak media gencar memberitakannya, sehingga makin banyak orang yang penasaran buat mencoba.
“Pada 2010, lewat fasilitas KUR BRI, saya meminjam modal usaha lagi untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan permanen untuk Sate Klathak Pak Pong pusat yang beroperasi sampai sekarang,” ujarnya.
Zakiron mengaku daging yang digunakan untuk pembuatan sate klathak ini berasal dari kambing yang disembelih sendiri setiap hari. Pada hari biasa, dia bisa menyembelih 20-30 ekor kambing sehari. Sementara saat akhir pekan maupun momen libur panjang, seperti lebaran, bisa menyembelih hingga 40-50 ekor kambing sehari. “Dengan jumlah tersebut, kami bisa meraih omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan,” ujarnya.
Tempat makan ini ternyata juga punya menu lain yang difavoritkan pelanggan, yaitu Krenyos dan Tengkleng Kambing. Krenyos sendiri merupakan daging sandung lamur kambing yang digoreng dengan bumbu garam dan disantap dengan sambal bawang mentah atau sambal kecap. Banyak pelanggan yang memesannya, terutama anak-anak muda, sehingga kedua menu tersebut kerap habis duluan.
Zakiron mengakui tempat usahanya ramai dijadikan tempat berbuka bersama saat Ramadan, dan semakin membeludak pengunjungnya jelang lebaran, “Mungkin karena di akhir-akhir Ramadan sudah mulai banyak orang yang mudik ke Yogyakarta, sehingga setiap H-5 lebaran Sate Klathak Pak Pong ini selalu ramai sampai H+10 lebaran,” kata dia. Tak jarang, omzetnya bisa mencapai Rp50 juta per bulan.
Saking melegendanya, Sate Klathak Pak Pong ini bisa membuat pelanggannya rela mengantre hingga dua jam. Lantaran tempat duduk yang terbatas, tidak jarang pengunjung harus berdiri sampai ada kursi yang kosong. Apalagi saat lebaran, Sate Klathak Pak Pong juga menyediakan paket hemat untuk beberapa orang yang sudah berisikan Sate Klathak, Tengkleng, Kreyos, Gulai dan menu andalan lainnya, sehingga pelanggan tak perlu ribet lagi pesan menu.
Maka dari itu, jangan lupa ajak keluarga maupun orang terdekat lainnya saat mudik atau libur lebaran untuk mampir ke Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, sesuai dengan amanah pemerintah, program KUR bertujuan meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
BRI, kata dia, mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun. BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun sepanjang Januari-Februari 2024 kepada 561.000 debitur. “Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5% dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” katanya.
Dengan realisasi KUR awal 2024, BRI optimistis bisa mencapai target dari penyaluran KUR tahun ini dengan menerapkan strategi bisnis berkelanjutan. Strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.