Nasabah KUR BRI, Sate Klathak Pak Pong Primadona Kuliner Yogyakarta

Padjar Iswara
16 April 2024, 14:52
Sate Klathak Pak Pong Nasabah BRI
BRI
Button AI Summarize

Bagi yang belum pernah mencicipi sate klathak, nama tersebut mungkin terdengar unik. Sebenarnya, sate klathak dimasak dengan cara yang sama seperti sate pada umumnya, tapi tusuknya tidak terbuat dari bambu melainkan jeruji besi sepeda.

Karena ditusuk dengan besi, panas bara api bisa tersebar lebih cepat dan lebih merata, sehingga dagingnya pun empuk sempurna hingga ke dalam. Alih-alih manis seperti sate biasanya, sate klathak punya rasa yang gurih dan bikin ketagihan.

Sate Klathak Pak Pong termasuk salah satu yang melegenda di Yogyakarta. Zakiron alias Pak Pong, pemilik Sate Klathak Pak Pong, menjelaskan pertama kali merintis usaha tersebut pada 1997 dengan mengontrak sebuah kios kecil pinggir jalan berukuran 6x6 meter di daerah Jejeran, Bantul, Yogyakarta.

“Kemudian, untuk mengembangkan usaha kuliner ini, pada tahun 2000 saya memberanikan diri pinjam modal usaha ke KUR BRI,” ungkap Zakiron.

Nama Pong ternyata berasal dari bahasa Jawa, yaitu jempong, sebutan untuk orang yang bangun tidurnya suka molor atau siang-siang. Dahulu Zakiron kecil suka jempong sehingga dipanggil Pong oleh bapaknya. Gara-gara itu juga, kebanyakan warga sekitar lebih mengenal Zakiron sebagai Pong, ketimbang nama aslinya. Dari situlah nama Sate Klathak Pak Pong kemudian lahir.

Pasca gempa Yogyakarta pada 2006, Sate Klathak Pak Pong justru mengalami nasib baik. Masifnya pembeli membuat nama Sate Klathak Pak Pong melambung. Banyak media gencar memberitakannya, sehingga makin banyak orang yang penasaran buat mencoba.

“Pada 2010, lewat fasilitas KUR BRI, saya meminjam modal usaha lagi untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan permanen untuk Sate Klathak Pak Pong pusat yang beroperasi sampai sekarang,” ujarnya.

Zakiron mengaku daging yang digunakan untuk pembuatan sate klathak ini berasal dari kambing yang disembelih sendiri setiap hari. Pada hari biasa, dia bisa menyembelih 20-30 ekor kambing sehari. Sementara saat akhir pekan maupun momen libur panjang, seperti lebaran, bisa menyembelih hingga 40-50 ekor kambing sehari. “Dengan jumlah tersebut, kami bisa meraih omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan,” ujarnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...