Erick Thohir Pamer BUMN Setor Rp 1.940 Triliun ke Negara
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melaporkan, kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara mencapai Rp 1.940 triliun selama 2020-2023.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, kontribusi ini terbagi dalam tiga kategori. Pertama, dari dividen yang terus naik sejak 2021, mulai dari Rp 30 triliun, meningkat menjadi Rp 40 triliun pada 2022, dan mencapai Rp 81 triliun di 2023. Total dividen BUMN sepanjang periode ini mencapai Rp 194,4 triliun.
Selain itu, kontribusi dari pajak yang dibayarkan oleh BUMN mencapai total Rp 1.391,4 triliun dari 2020 hingga 2023.
Erick mengatakan kontribusi pajak tersebut meningkat setiap tahunnya. Secara rinci, Rp 247 triliun pada 2020, Rp 278 triliun pada 2021, Rp 410 triliun pada 2022, dan Rp 457 triliun pada 2023.
Di sisi lain, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari BUMN berkontribusi sebesar Rp 354,2 triliun sepanjang periode 2020 hingga 2023.
Adapun secara tahunan, kontribusi PNBP turun menjadi Rp 84 triliun pada 2024. Sedangkan pada 2020 PNBP berkontribusi sebesar Rp 86 triliun, 2021 sebesar Rp 87 triliun, hingga 2022 sebesar Rp 98 triliun.
"PNBP ada penurunan karena memang fluktuasi harga sumber daya alam yang memang ada koreksi sendiri, apakah itu di kelapa sawit atau di batu bara," kata Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (2/9).
Kemudian Erick menyebut kontribusi dividen juga didorong oleh berbagai pengembangan, sesuai dengan hasil Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI.
Saat ini, BUMN tidak hanya fokus mengembangkan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), tetapi juga memperluas pengembangan di sektor energi, seperti melalui MIND ID dan Pertamina.
"Ini menjadi suatu kontribusi lain dan tentu yang lainnya seperti Telkom itu kalau kita lihat sudah memberikan kontribusi juga seperti untuk menambah dividen yang ada," tambahnya.
Sepanjang 2020 hingga 2024, dividen BUMN yang disetorkan kepada negara mencapai Rp 279,7 triliun. Secara rinci Rp 43,9 triliun pada 2020, Rp 29,5 triliun pada 2021, Rp 39,7 triliun pada 2022, Rp 81,2 triliun pada 2023, dan Rp 85,6 triliun pada 2024.
Dalam pemaparannya, Erick menyebutkan kontribusi terbesar berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp 25,7 triliun pada 2024.
Kemudian diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp 17,1 triliun, Mining Industry Indonesia (MIND ID) Rp 11,2 triliun, PT Pertamina (Persero) Tbk Rp9,3 triliun, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp 9,2 triliun.
Erick juga menyoroti bahwa kontribusi dividen BUMN lebih tinggi Rp 61,9 triliun dibandingkan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima selama periode 2020 hingga 2024. Total PMN tercatat Rp 217,9 triliun, sedangkan dividen yang disetor mencapai Rp 279,7 triliun.
Selain itu, total aset BUMN juga tumbuh signifikan selama empat tahun terakhir, yakni Rp 8.312 triliun pada 2020, Rp 8.978 triliun pada 2021, Rp 9.789 triliun pada 2022, dan Rp 10.402 triliun pada 2023.
Pertumbuhan serupa juga terjadi pada ekuitas, dengan rincian Rp 2.475 triliun pada 2020, Rp 2.778 triliun pada 2021, Rp3.101 triliun pada 2022, dan Rp 3.444 triliun pada 2023.
Erick menambahkan bahwa pencapaian positif lainnya adalah kenaikan return on asset (ROA) BUMN yang terus membaik, dari sekitar 0,2% pada 2020 menjadi 3,1% di 2023.
“Ini saya rasa rata-rata benchmarking dengan banyak perusahaan juga menjadi hal yang positif,” ungkapnya.
Kemudian, Return on equity (ROE) BUMN menunjukkan naik signifikan dari 0,5% pada 2020 menjadi 9,5% pada 2023. Sementara rasio utang terhadap EBITDA BUMN penurunan, dari 4,3 kali pada 2020 menjadi 2,4 kali pada 2023.
Rasio total liabilitas terhadap ekuitas BUMN juga membaik, turun dari 2,4 kali pada 2020 menjadi 2 kali pada 2023.
Erick Thohir mencatat bahwa pendapatan BUMN terus bertumbuh dalam empat tahun terakhir, dari Rp 1.930 triliun pada 2020 menjadi Rp 2.933 triliun pada 2023.
Dengan demikian, Erick mengungkapkan bahwa laba bersih BUMN mencapai Rp 327 triliun, atau tumbuh 11,2% secara year on year (yoy).
“Saya rasa ini bagian dari kinerja yang selama ini tentu dari Komisi VI mendorong kami untuk performa di jaga,” tandasnya.