Laba BRI Melonjak Jadi Rp 36,2 Triliun, Analis Ungkap Prospeknya
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih Rp 36,2 triliun hingga Agustus 2024. Perolehan tersebut naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).
Lead Investment Analyst di Stockbit Sekuritas, Rahmanto Tyas Raharja menilai, kinerja bank BBRI pada Agustus 2024 juga positif, laba bersih bulan Agustus mencapai Rp 4,8 triliun. Angka tersebut melesat 51% dibandingkan bulan sebelumnya (mom) dan tumbuh 21% dibandingkan tahun lalu (yoy).
Performa positif BBRI didukung oleh beberapa faktor, misalnya pertumbuhan laba operasional prapenyisihan atau PPOP yang didorong oleh pendapatan non-bunga dan NIM yang masih terjaga. Kemudian adanya perbaikan pada Cost of Credit (CoC) BBRI.
“Kredit yang melandai dan penurunan deposito,” kata Rahmanto dalam risetnya, Rabu (25/9).
Rahmanto juga menyampaikan, dari sisi operasional, BBRI mencatat pertumbuhan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) baik secara bulanan maupun tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan non-interest income yang mencapai Rp 5,4 triliun hingga Agustus 2024.
Perolehan ini naik 18% dibandingkan bulan sebelumnya (mom) dan melesat 65% dibandingkan tahun lalu (yoy). Ia mengatakan hal itu didukung oleh pertumbuhan fee-based income dan pendapatan lainnya.
Namun, net interest income mengalami sedikit penurunan, meskipun NIM tetap terjaga di level 6,4%. Namun, kata Rahmanto, dari aspek biaya operasional (opex) hingga beban lainnya, kembali meningkat sebesar 13% MoM.
“Namun, operating expense (opex) dapat terkendali akibat penurunan beban gaji sebesar 28% secara bulanan,” ujarnya.
Seiring dengan hal itu, Rahmanto juga menyampaikan bahwa credit of cost (CoC) BBRI pada Agustus 2024 membaik menjadi 2,6%, turun 118 basis poin dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan 92 basis poin dibandingkan tahun lalu (YoY).
Dengan demikian, CoC untuk periode delapan bulan pertama 2024 tercatat sebesar 3,2%. Angka ini lebih tinggi dari target manajemen untuk tahun fiskal 2024 yang mengharapkan CoC maksimum sebesar 3%.
Ia mengatakan perbaikan CoC secara bulanan terlihat dari beban provisi pada Agustus 2024 yang turun menjadi Rp 2,6 triliun, dengan penurunan 32% MoM dan 21% YoY.
Stockbit sekuritas menilai perbaikan CoC ini menjadi fokus utama karena merupakan salah satu kekhawatiran utama terhadap BBRI dan menunjukkan adanya kenaikan kualitas aset.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit mengalami penurunan. Rahmanto menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit dari Januari hingga Agustus tahun ini hanya mencapai 7,1% dibandingkan tahun lalu, padahal pada semester pertama pertumbuhannya mencapai 8,6%.
Angka ini berada di bawah target manajemen untuk tahun fiskal 2024, yang mengharapkan pertumbuhan kredit dalam kisaran 10–12%. Penurunan ini sejalan dengan strategi manajemen yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit, profitabilitas, dan kualitas aset.
“Di sisi lain, loan to deposit ratio (LDR) naik ke level 89,2% dan rasio CASA meningkat ke level 64,8% seiring penurunan deposito,” pungkasnya.