WPRF Bahas Urgensi Pendidikan Gen Z di Era Digital dan Kecerdasan Buatan

Nur Hana Putri Nabila
19 November 2024, 15:23
Konferensi World Public Relations Forum (WPRF) membeberkan strategi untuk menghadapi perkembangan dunia pendidikan di era transformasi digital, di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI)
Katadata
World Public Relations Forum (WPRF) 2024 yang terselenggara di Bali, pada Selasa (19/11). Foto: Nur Hana Putri Nabila/Katadata
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Konferensi World Public Relations Forum (WPRF) membeberkan strategi untuk menghadapi perkembangan dunia pendidikan di era transformasi digital, terutama di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), hingga polarisasi. 

Director of Public Relations and Administration of EUPRERA, and Co-leader of EUPRERA PR Education Network Romania, Anca Anton mengatakan isu-isu pendidikan global saling terhubung dan membutuhkan solusi bersama.

Ia menjelaskan, pendidikan dan pemahaman tentang dunia kerja dari perspektif Gen Z menjadi poin penting. Pentingnya pelajar Indonesia untuk benar-benar memahami diri mereka sendiri dan perannya dalam menentukan karier.

Dengan begitu, mereka dapat menyesuaikan nilai-nilai pribadi dengan nilai-nilai organisasi tempat mereka bekerja serta peka terhadap situasi yang merugikan atau eksploitasi.

“Untuk mengatasi masa depan pekerjaan, dimulai dengan mengatasi masalah masyarakat,” kata Anca dalam World Public Relations Forum (WPRF) bertajuk “Navigating Change: Recommendations for Advancing Undergraduate Public Relations Education” di Nusa Dua, Bali, Selasa (19/11). 

Anca menyebut pentingnya di dunia pendidikan menyediakan pembelajaran khusus yang membahas tantangan di era modern. Tantangan tersebut tidak hanya mencakup isu-isu tradisional yang dihadapi masyarakat, tetapi juga mencakup tantangan baru seperti kecerdasan buatan (AI), misinformasi, dan polarisasi. Polarisasi, terutama yang memberikan dampak signifikan yang menjadi fokus utama. 

Pendekatan tersebut dirancang untuk membantu mahasiswa memahami tantangan yang ada, tidak hanya dari sisi teori tetapi juga melalui pengalaman praktis. Dengan melibatkan mahasiswa dalam situasi nyata, kata Anca, mereka dapat lebih siap menghadapi kenyataan dunia kerja sejak awal, bukan hanya memiliki pemahaman abstrak.

Banyak mahasiswa yang belum sepenuhnya memahami konsep seperti polarisasi, sehingga sering kali hanya melihat sisi menariknya tanpa menyadari tantangan yang menyertainya. 

“Ini penting untuk memiliki adaptabilitas untuk memiliki pelajar yang berhati-hati tentang bagaimana mereka bekerja,” ucapnya. 

Anca juga menyoroti pentingnya komunikasi personal dalam membangun hubungan yang dapat memberikan kontribusi nyata. Selain itu, proses onboarding harus disesuaikan tidak hanya untuk Gen Z tetapi juga untuk berbagai generasi lain yang menghadapi tantangan.

Adapun pendekatan ini demi mempersiapkan mahasiswa memiliki kemampuan beradaptasi, kesadaran etika, dan empati. Ketiga aspek ini dianggap sangat penting untuk membantu mereka menjadi profesional yang efisien dan tangguh di dunia kerja.

Di samping itu, Chair of Commission for Public Relations Education International Committee, United States of America, Katerina Tsetsura, mengatakan model pendidikan yang hanya mengandalkan pengajaran dari profesor lalu masuk ke dalam pikiran mahasiswa adalah pendekatan yang salah. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus mengakui kepada pelajar bahwa tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana masa depan akan terbentuk.

“Jadi, ini berarti berbicara tentang nilai pribadi mereka dan apa aspirasi mereka di luar pekerjaan, itu sangat penting,” tambah Katerina.

Katerina menekankan pentingnya memberikan pendidikan pedagogis kepada pelajar di dalam kelas, dengan membantu mereka untuk menemukan jalannya sendiri. Ia berpendapat bahwa pendidikan belum cukup memberikan kesempatan bagi pelajar untuk memahami nilai dan identitas diri mereka, serta berkontribusi aktif dalam kelas. 

Selain itu ia juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi dalam mempersiapkan pelajar untuk masa depan pekerjaan. Terutama ketidakpastian pekerjaan dari tahun ke tahun terus berkembang. Ia menyebut bahwa beberapa keterampilan yang diajarkan saat ini di dalam kelas tidak relevan di masa depan.

World Public Relations Forum (WPRF) 2024 merupakan forum pertemuan internasional yang merayakan keberagaman dan dinamika profesi humas. Forum ini menekankan pentingnya komunikasi untuk membangun dan menjaga kepercayaan antara organisasi dan publik, sembari membuka peluang untuk berbagi perspektif secara global.

Acara ini menghadirkan total 37 pembicara internasional dan 41 pembicara nasional dalam rangkaian acara yang akan berlangsung selama empat hari. Forum ini juga diikuti oleh perwakilan dari 22 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Arab Saudi, Nigeria, dan Afrika Selatan.

Acara ini diselenggarakan oleh Global Alliance for Public Relations and Communications Management dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), serta bekerja sama dengan Katadata Indonesia. Ini merupakan pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah acara humas berskala internasional.

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...