Respons Dirut Waskita hingga Adhi Saat Ditanya DPR Soal Merger BUMN Karya

Nur Hana Putri Nabila
6 Maret 2025, 16:05
BUMN
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/YU
Suasana rapat kerja Kementerian Perdagangan bersama Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/3/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mencecar jajaran Direktur Utama BUMN karya terkait sikap menghadapi rencana peleburan BUMN karya menjadi satu entitas induk. Dalam rapat Komisi VI, DPR mempertanyakan apakah para direksi setuju atau tidak dengan rencana merger. 

“Mengenai peleburan BUMN Karya ini, bapak-bapak setuju apa enggak? Jujur aja, kita interaksi, gak apa-apa terbuka aja disini, kami sama-sama terbuka,” kata anggota Komisi VI DPR RI, Rizal Bawazier dalam rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (5/3). 

Dalam rapat tersebut, DPR menilai rencana peleburan tujuh perusahaan konstruksi negara atau BUMN Karya berjalan stagnan. Mereka mempertanyakan apakah proses merger terkendala lantaran adanya Badan Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara yang baru diresmikan Prabowo Subianto. 

Secara spesifik, Rizal juga menyoroti rencana penggabungan Hutama Karya dengan Waskita Karya. Menurutnya, langkah itu justru berisiko melemahkan Hutama Karya. 

Ia mengatakan sebaiknya Waskita Karya diselesaikan terlebih dahulu tanpa melibatkan Hutama Karya dalam prosesnya. Rizal juga mempertanyakan peran financial advisor dalam perencanaan merger karena menurutnya, merger seharusnya bertujuan untuk memperkuat perusahaan. 

“Tidak mengerti saya  saya caranya ini. Harusnya dibereskan sendiri-sendiri,” ucap Rizal.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Budi Harto mengungkapkan bahwa 

Bagaimana Reaksi Direksi BUMN Karya?

PT Brantas Abipraya

Direktur Utama Brantas Abipraya, Sugeng Rochadi, tidak banyak berkomentar soal rencana merger 7 BUMN karya. Ia menjelaskan perusahaannya masih dalam tahap pendalaman bersama konsultan terkait isu tersebut.

Menurut Sugeng, Kementerian BUMN telah menyusun skenario pengelompokan. Lebih jauh Sugeng mengakui proses merger yang tengah digarap Kementerian BUMN stagnan akibat keberadaan Danantara. 

“Kalau dari sisi proses yang kami hadapi saat ini. Jelas-jelas dari tim kami dengan Abipraya ini terus berproses dengan konsultan, banyak hal yang harus disamakan,” kata Sugeng, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BUMN Karya dengan Komisi VI DPR pada Rabu (5/3).

PT Adhi Karya Tbk

Direktur Utama Adhi Karya atau ADHI, Entus Asnawi Mukhson, menyampaikan saat ini perusahannya tengah mengkaji arah strategis masing-masing korporasi ke depan. Apabila nantinya dilakukan pemisahan, kata Entus, pembagian tersebut akan ditentukan berdasarkan sektor, seperti sumber daya air (SDA), rel, atau industri. 

Enthus menegaskan kajian tersebut masih dalam proses. Setelah kajian selesai, Adhi Karya akan berdiskusi dengan konsultan terkait langkah-langkah yang akan diajukan ke kementerian BUMN.

“Kemarin ada wacana atau informasi baru mungkin ada akan juga dibentuk 1 holding baru atau 2 holding baru di mana nanti anggotanya ini ada 7. Antara 2 ini mana yg lebih efektif bisa juga dilakukan kajian,” tambah Entus. 

PT Waskita Karya Tbk

Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, menjelaskan terkait konsep merger dan akuisisi, ia menilai langkah tersebut didasarkan pada upaya penyehatan keuangan. Pelepasan jalan tol perlu dilakukan untuk mengurangi beban liabilitas karena perusahaan tidak memiliki daya tahan finansial apabila harus menunggu hingga 2039 untuk menjual aset. 

Ia juga menegaskan bahwa proses divestasi perlu dipercepat agar utang Waskita berkurang. Menurut perhitungan perusahaan, lanjut Hanugroho, apabila Waskita kembali fokus pada bisnis inti di jasa konstruksi, kondisi keuangan perusahaan akan kembali stabil.

“Tapi kalau merger akuisisi itu subject to pemegang saham konsepnya seperti apa, plus minus pasti ada,” ucapnya. 

PT Wijaya Karya Tbk

Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Agung Budi Waskito, tidak menyatakan setuju atau tidak terhadap wacana merger BUMN Karya. Namun, ia menggambarkan dalam dua tahun terakhir, kemungkinan masih berlangsung 2-3 tahun ke depan, masing-masing BUMN Karya berupaya untuk terus berkembang meskipun peluang proyek semakin terbatas. Menurutnya, jumlah BUMN Karya memang perlu dikurangi.

“Ya kami sekarang baru fokus kepada penyehatan kami sendiri supaya nanti apapun keputusan dari pemegang saham baik merger maupun holding dan sebagainya kami tidak menjadi virus, itu saja,” ujar 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...