Antam Cetak Pendapatan Tertinggi Sepanjang Sejarah di 2024

Ringkasan
- Cadangan devisa Indonesia naik menjadi US$ 157,1 miliar pada akhir Maret, dari sebelumnya US$ 154,5 miliar. Kenaikan ini didorong oleh penerimaan pajak, jasa, dan pinjaman luar negeri pemerintah.
- Kenaikan cadangan devisa terjadi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan sebagai langkah stabilisasi nilai tukar rupiah. Cadangan devisa tersebut setara dengan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional.
- Bank Indonesia menilai cadangan devisa cukup untuk mendukung ketahanan sektor eksternal dan stabilitas ekonomi. Hal ini didukung prospek ekspor yang positif, surplus neraca transaksi modal dan finansial, serta persepsi positif investor.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatatkan capaian kinerja keuangan tertinggi sepanjang sejarah di tahun buku 2024, dengan pendapatan Rp 69,19 triliun, dan laba Rp 3,85 triliun atau melonjak 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year) sebesar Rp 3,08 triliun.
Direktur Utama Antam Nicolas D Kanter menyampaikan, capaian ini merupakan buah dari ketangguhan dan strategi manajemen perusahaan dalam merespon tantangan pasar serta optimalisasi kinerja operasional secara berkelanjutan.
"Antam berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan," kata dia di Jakarta, Rabu (9/4).
Seiring dengan peningkatan laba, Antam juga mencatatkan pertumbuhan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar 3 persen menjadi Rp 6,73 triliun dari sebelumnya Rp 6,55 triliun.
Laba kotor naik 3 persen menjadi Rp 6,50 triliun, dan laba usaha meningkat 15 persen menjadi Rp 3 triliun dari Rp 2,62 triliun di tahun 2023.
Lebih lanjut, Nico mengatakan beban usaha perusahaan turun 5 persen menjadi Rp 3,50 triliun, terutama karena penurunan biaya logistik dan asuransi akibat kendala perizinan yang sempat memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.
Dari sisi neraca, total aset Antam meningkat empat persen menjadi Rp 44,52 triliun, dan ekuitas tumbuh menjadi Rp 32,20 triliun. Perusahaan juga melakukan pelunasan investasi sebesar Rp 1,68 triliun pada akhir 2024.
Disampaikannya, komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan pelat merah tersebut dengan kontribusi signifikan sebesar Rp 57,56 triliun atau melonjak 120 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,12 triliun.
Adapun volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi mencapai 43.776 kilogram, tumbuh 68 persen dari 26.129 kilogram di tahun sebelumnya.
Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi sebesar Rp 9,50 triliun atau 14 persen dari total pendapatan, meskipun dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan. Volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan 19.452 TNi ke pasar ekspor, seperti China, India, dan Korea Selatan.
Sementara itu, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt, seluruhnya untuk pasar domestik, baik ke smelter Antam maupun pihak ketiga.
Nico mengungkapkan, penjualan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 1,80 triliun, naik 7 persen dari Rp 1,69 triliun pada tahun lalu. Antam memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dengan penjualan 736 ribu wmt. Tantangan perizinan dan belum masifnya hilirisasi di sektor ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan.
Untuk alumina, melalui entitas anak PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton atau naik 24 persen dari tahun sebelumnya.
Sepanjang 2024, Antam telah menandatangani beberapa kerja sama penting, di antaranya perjanjian dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk pasokan minimal 30 ton emas per tahun dengan kemurnian 99,99 persen.
Perusahaan juga melakukan pembelian lahan di kawasan industri JIIPE Gresik untuk pengembangan fasilitas pengolahan logam mulia yang memperkuat ekosistem hilirisasi emas nasional.