BI Diperkirakan Tahan Bunga Acuan di 5%
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya atau BI 7 day reverse repo rate (BI7DDR) di level 5% pada bulan ini. Sepanjang tahun ini, BI sudah menurunkan bunga sebanyak empat kali atau sebesar 1%.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan, BI pada rapat dewan gubernur (RDG) hari ini akan mempertahankan bunga acuannya. Ia menilai suku bunga saat ini masih mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan membuat aset keuangan di Indonesia tetap menarik di mata investor.
"BI akan mempertahankan bunga setelah memangkas 100 basis poin (bps) sejak Juli hingga Oktober 2019," ujar Josua kepada Katadata.co.id, Kamis (21/11).
(Baca: LPS Turunkan Bunga Penjaminan Simpanan 0,25%)
Ia menjelaskan, The Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan mempertahankan suku bunga acuannya pada Federal Open Meeting Committee Desember mendatang juga akan menjadi pertimbangan BI.
Senada, Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menilai BI sudah 4 kali berturut-turut menurunkan suku bunga acuannya. "Jadi sekarang lebih baik menahan dulu," kata Piter.
Ia melanjutkan, kebijakan pelonggaran suku bunga saat ini belum berdampak besar terhadap likuiditas perbankan, Hal ini berpengaruh terhadap penurunan bunga deposito dan kredit yang lambat, terlihat dalam databoks di bawah ini.
(Baca: Senat AS Loloskan RUU Dukung Hong Kong, Rupiah Melemah Tipis Pagi ini)
"Maka dari itu, ada baiknya BI menahan dulu dan memberikan ruang transmisi kebijakan moneter berjalan," ucap dia.
Menurut dia, penurunan bunga perbankan turut bergantung pada kondisi likuiditas yang juga turut dipengaruhi oleh kebijakan giro wajib minimum (GWM). GWM adalah dana yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro di Bank Indonesia.
Selain menurunkan bunga acuan, BI juga sebelumnya telah melonggarkan kebijakan GWM guna menopang likuiditas perbankan. Rasio GWM diturunkan 0,5% menjadi 6%.