Naik 10%, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 5.534 T pada Juli 2019
Bank Indonesia (BI) mencatat total Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2019 mencapai US$ 395,3 miliar atau sekitar Rp 5.534 triliun. Total utang tersebut naik 10,3% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data yang dipublikasikan BI pada Senin (16/9), pertumbuhan ULN tersebut naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,9%. Kenaikan pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar rupiah.
ULN pemerintah meningkat 9,7%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 9,1%. Sedangkan ULN swasta tumbuh 11,5%, lebih tinggi dibandingkan Juni yang tumbuh 11,1%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan peningkatan utang luar negeri pemerintah didorong oleh arus masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik. Sementara ULN swasta tumbuh meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan investasi korporasi di beberapa sektor ekonomi utama.
(Baca: Utang Luar Negeri Indonesia dalam Yuan Tiongkok Melonjak 75%)
"Peningkatan ULN swasta terutama bersumber dari penerbitan obligasi global oleh korporasi bukan lembaga keuangan," ujar Onny dalam keterangan resmi.
Secara sektoral, menurut dia, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,6%.
(Baca: DPR Setuju Pemerintah Tarik Utang Rp 352 Triliun Tahun Depan)
Meski posisi utang luar negeri Indonesia meningkat, ia memastikan struktur utang tersebut tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Juli 2019 sebesar 36,2%, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
"Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa 87,6% dari total utang," jelas dia.