Merugi, Garuda Cari Tambahan Modal
KATADATA ? PT Garuda Indonesia Tbk harus menanggung beban berat dari melambatnya ekonomi dan depresiasi rupiah. Diperkirakan kinerja Garuda masih akan terus merugi jika tak mendapatkan suntikan modal.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan untuk mengurangi kerugian itu, Garuda akan menutup beberapa penerbangan rute internasional, salah satunya ke Mumbai, India. Selain itu Garuda juga berencana mengurangi frekuensi penerbangannya.
Emir mengatakan depresiasi rupiah sendiri mencapai 20 persen. Terlebih 50 persen penerimaan Garuda berasal dari domestik yang menggunakan nilai tukar rupiah. Sedangkan untuk pembiayaan sebagian besar menggunakan mata uang dolar. Menurutnya adanya depresiasi nilai tukar sebesar Rp 100 saja, Garuda harus menanggung kerugian hingga US$ 12 juta. Di sisi lain, pihaknya juga tak bisa langsung menaikkan harga karena Kementerian Perhubungan membatasi untuk menaikkan harga.
"Kerugian Garuda pada semester I/2014 disebabkan perlambatan ekonomi dan depresiasi nilai tukar yang cukup dalam," ujar Emir di kantornya, Tangerang, Jumat 8 Agustus 2014.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2014, Garuda mengalami kerugian sebesar US$ 211,708 juta. Kerugian ini naik 94,841 persen dari periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 10,920 juta.
Perusahaan plat merah itu juga membutuhkan pendanaan untuk investasi pembelian 18 pesawat baru. Pembelian pesawat ini dibutuhkan untuk ekspansi karena industri penerbangan harus terus tumbuh agar tidak hilang dari pasar.
Direktur Keuangan Garuda Handrito Harjono mengatakan untuk menutup kerugian itu, manajemen berencana meminta tambahan modal kepada pemerintah sebagai pemegang saham. "Mungkin Garuda bisa right issue (penerbitan saham baru) lagi kalau pemerintah nanti mengizinkan. Tetapi rights issue itu sudah habis sehingga perlu dibicarakan lagi dengan pemerintah apakah akan dilakukan penambahan," ujarnya.
Permintaan tambahan modal ini rencananya akan dilakukan tahun depan. Namun untuk pendanaan hingga akhir tahun ini diperkirakan masih mencukupi. Untuk menambah pendanaan, Garuda juga berencana menjual aset non produktif.
"Kami perlu bicara dulu dengan pemerintah, kalau pembicaraan detail belum. Ini intern kami dulu," ujarnya.