Kerugian Garuda Bertambah Besar
KATADATA ? Perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan kenaikan pendapatan sebesar 4,3 persen, menjadi US$ 2,8 miliar pada kuartal III tahun ini. Namun, kenaikan pendapatan ini berbanding terbalik dengan profitabilitas. Rugi bersih perseroan malah naik hingga 14 kali, dibandingkan kuartal III-2013.
Sebenarnya pada kuartal III, perseroan memiliki potensi untuk meningkatkan kinerjanya. Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan sesuai siklusnya, industri penerbangan cenderung meningkat pada periode semester kedua. Makanya performa Perseroan dari segi pendapatan, secara keseluruhan mulai menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal III-2014.
?Terutama pada periode Agustus dan September 2014, seiring dengan meningkatnya permintaan dan juga pelaksanaan penerbangan haji,? Emirsyah, dalam keterangannya hari ini (13/11).
Hingga kuartal III-2014, Garuda berhasil mengangkut 20,9 juta penumpang, naik 15,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perseroan juga berhasil meningkatkan muatan kargo sebesar 15,4 persen menjadi 292.888 ton.
Namun, pertumbuhan pendapatan ternyata lebih rendah dibandingkan beban operasional, yang naik hingga 13 persen. Beban operasional penerbangan naik dari US$ 1,6 miliar, menjadi US$ 1,9 miliar. Meningkatnya beban ini akibat naiknya harga bahan bakar sebesar 15,3 persen dan biaya sewa dan charter pesawat sebesar 35,5 persen. (Baca: Dilema Industri Penerbangan)
?Faktor depresiasi rupiah, serta masih tingginya harga bahan bakar juga ikut menekan profit. Mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar, yaitu mencapai 40 persen,? ujarnya.
Kenaikan beban ini sangat tinggi ini menekan profitabilias Garuda. Hingga kuartal III-2014, perseroan membukukan kerugian usaha sebesar US$ 250,3 juta. Padahal perseroan masih membukukan laba usaha pada kuartal III-2013 sebesar US$ 29,4 juta.
Rugi bersih Garuda dalam Sembilan bulan tahun ini pun naik tinggi. Perseroan mencatat rugi bersih hingga US$ 219,5 juta, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 15 juta. (Baca: Merugi, Garuda Cari Tambahan Modal)
Akibat kinerja yang turun, kepercayaan investor terhadap perseroan pun surut. Dalam tiga hari terakhir, harga saham perseroan terus turun. Pada 10 November 2014, saham Garuda masih di harga Rp 510 per saham, kemudian turun menjadi Rp 500 keesokan harinya.
Pada perdagangan kemarin, sahamnya kembali turun di harga Rp 499 per saham. Saat mengumumkan kinerjanya hari ini, saham Garuda kembali anjlok hingga 4,81 persen di harga Rp 475 per saham.