Sri Mulyani Lihat Jalan Panjang Pemulihan Ekonomi RI Akibat Pandemi
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian Indonesia hingga masuk ke jurang resesi pada tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara telah melakukan tugas dengan luar biasa untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.
"Ini bukan merupakan episode terakhir, masih panjang perjalanan untuk memulihkan kehidupan masyarakat dan meningkatkan perekonomian kembali," ujar Sri Mulyani dalam Upacara Peringatan Hari Pahlawan, Selasa (10/11).
Sri Mulyani menegaskan keuangan negara dikelola secara baik agar mampu keluar dari krisis pandemi Covid-19 yang diperkirakan masih akan berlangsung pada tahun depan. Ia mengimbau kepada jajaran Kementerian Keuangan untuk dapat menjadi pahlawan dalam mengelola keuangan negara agar cita-cita bangsa dapat tercapai.
Ia meminta jajaranya mengerahkan seluruh pemikiran, pengalaman, dan semangat dalam melaksanakan kewenangannya untuk mengelola keuangan negara sebaik-baiknya. Sri Mulyani juga meminta agar pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa terus bergotong royong mengawal efektivitas APBN
"Menyiapkan Indonesia untuk bisa tidak hanya melawan namun mengendalikan dan menundukkan ancaman Covid-19," tegasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini sebelumnya menyatakan dampak terburuk Covid-19 terhadap perekonomian telah dilewati Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja perekonomian yang membaik dari kuartal II 2020 yang terkontraksi sebesar 5,32% menjadi 3,49%.
"Kita sudah masuk ke dalam fase pemulihan," katanya.
Sri Mulyani masih optimistis perekonomian pada kuartal keempat dapat kembali positif. Pemerintah menargetkan ekonomi pada tahun depan tumbuh 5%. Namun, progres pandemi Covid-19 tetap akan menentukan.
Ekonom Chatib Basri memperkirakan ekonomi kembali normal pada 2022 mendatang. "Kalau saya bikin hitungan soal vaksin dan lainnya, ekonomi baru akan normal pada 2022. Saat itu, kita baru bisa bicara ekspansi, investasi dan lain-lain," ujar Chatib Basri dalam diskusi virtual potensi investai di era pandemi yang diselenggarakan Katadata.co.id, kemarin (9/11).
Chatib menjelaskan, pemulihan ekonomi sangat erat kaitannya dengan penyelesaian pandemi, terutama bergantung pada vaksin. Namun dia pesimistis vaksinasi bakal rampung pada tahun depan. "Selama vaksin belum selesai didistribusikan, maka protokol kesehatan perlu diterapkan. Dengan protokol kesehatan, ekonomi tidak mungkin 100% karena ada isu jaga jarak," katanya
Protokol kesehatan memiliki implikasi besar pada dunia usaha. Ia mencontohkan sejumlah bisnis yang harus membatasi kapasitas seperti angkutan udara yang hanya diperbolehkan mengangkut 70% kapasitas dan restoran yang hanya melayani 50%. Padahal, biaya operasional seperti listrik dan gaji karyawan tetap harus dibayar penuh.
"Dengan kapasitas yang dibatasi, sulit untuk dunia usaha mencapai BEP (pendapatan minimal seimbang dengan modal)," katanya.
Oleh karena itu, ia memperkirakan perekonomian pada tahun depan paling optimistis berjalan 70% hingga 80%. Dengan target pemerintah dalam APBN 2021 sebesar 5%, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 3,5% hingga 4%. "Belanja pemerintah tahun depan masih sangat pentig karena swasta belum sepenuhnya bisa berjalan," katanya.
Meski demikian, ia memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama tahun depan sudah kembali positif jika tidak terjadi gelombang dua lonjakan kasus Covid-19. "Bahkan kalau sedikit agak baik, kuartal keempat sudah dapat positif," katanya.
Laporan Office of Chief Economist Group Bank Mandiri memprediksi ekonomi Indonesia kemungkinan baru akan membaik ke level pra-Covid di kuartal kedua 2021. Proyeksinya, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,15% pada periode tersebut.