Rupiah Menguat 0,28% dalam Sepekan Berkat Aliran Masuk Modal Asing
Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot sepekan ini menguat 0,28%, berakhir di posisi Rp 14.170 per dolar AS. Rupiah menguat ditopang oleh aliran modal asing yang mengalir deras ke pasar keuangan RI.
Mengutip Bloomberg, rupiah pada pekan ini sempat menyentuh posisi terkuat di level Rp 14.058 per dolar AS pada Selasa (10/11) ditopang sentimen kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS hingga perkembangan vaksin Pfizer.
Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, mata uang Garuda menguat 0,69% pada sepekan terakhir. Kurs yang dipublikasikan hari ini oleh BI pada pukul 10.00 WIB menempatkan rupiah di posisi Rp 14.222 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menyebut penguatan rupiah dalam satu pekan ini disebabkan derasnya aliran masuk ke Indonesia belakangan. "Kepastian mengenai hasil pemilu di AS merupakan faktor yang menyebabkan aliran dana dari investor portofolio global ke emerging markets, termasuk ke Indonesia," kata Eric kepada Katadata.co.id, Jumat (13/11).
Sentimen dari Negeri Paman Sam mengalahkan sentimen resesi di dalam negeri. Resesi terjadi karena ekonomi RI dua kali berturut mengalami pertumbuhan kontraksi yakni 5,32% dan 3,49% pada kuartal II dan III 2020.
Meski resesi, Eric menuturkan bahwa perekonomian Indonesia sudah mengarah kepada pemulihan. "Jadi pelaku pasar sudah tidak terkejut ketika pemerintah mengumumkan resesi," ujar dia.
BI mencatat aliran modal asing kembali masuk ke portofolio pasar keuangan RI sebesar Rp 7,18 triliun. Mayoritas dana asing yang deras tersebut masuk melalui pasar surat berharga negara dalam satu pekan ini.
Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko memerinci terdapat aliran modal asing masuk ke pasar SBN sebesar Rp 4,71 triliun dan pasar saham Rp 2,47 triliun.
Kendati demikian, pasar keuangan domestik masih mencatatkan nett outflow sepanjang tahun ini sebesar Rp 145,7 triliun. "Itu berdasarkan data setelmen sampai 12 November 2020," tulis Onny dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (13/11).
Di sisi lain, bank sentral turut mencatat premi risiko investasi Indonesia turun dari 81,63 bassi poin per 6 November 2020 menjadi 72,68 bps per 12 November 2020. Sementara imbal hasil SBN 10 tahun naik tipis dari 6,3% pada kemarin sore menjadi 6,31% pada pagi ini.
Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet sebelumnya memperkirakan potensi dana asing masuk masih akan terus berlanjut pada pekan ini dengan asumsi Biden secara resmi memenangkan Pilpres AS. Dengan demikian, kebijakan ekonomi Negeri Paman Sam akan berubah sehingga para investor kembali masuk ke aset berisiko, salah satunya Indonesia.
"Ini menjadikan investor menjadi lebih tenang dan percaya diri," kata Yusuf kepada Katadata.co.id.
Yusuf juga menyebutkan perekonomian Indonesia saat ini sudah semakin membaik. Apalagi, melihat belanja pemerintah bisa tumbuh positif yang artinya kebijakan countercylical yang dijalankan pemerintah sudah mulai efektif, seperti misalnya dana anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional.
"Ini tentu juga menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan khususnya pasar obligasi pemerintah," ujar dia.