Beberapa Sektor Industri Pengolahan Mulai Ekspansif Awal Tahun Ini
Bank Indonesia mengindikasikan kinerja sektor industri pengolahan semakin membaik dan berada dalam fase ekspansi pada kuartal I 2021. Hal tersebut tercermin dari Prompt Manufacturing Index BI yang diperkirakan berada pada level 51,14%, naik dari 47,29% pada kuartal IV 2020.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa ramalan peningkatan PMI pada kuartal pertama tahun ini didorong oleh komponen volume total pesanan, volume persediaan barang jadi, dan volume produksi yang berada pada fase ekspansi.
"Pada periode tersebut beberapa subsektor diprediksikan berada pada fase ekspansi," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (13/1).
Subsektor yang dimaksud yaitu makanan, minuman dan tembakau, semen dan barang galian nonlogam. Kemudian, pupuk, kimia dan barang dari karet serta subsektor kertas dan barang cetakan.
Volume produksi diramal berada pada fase ekspansi pada kuartal I 2021 dengan indeks sebesar 51,32%. Sementara itu, volume pesanan barang input akan meningkat dengan indeks sebesar 55,52% atau sudah berada pada fase ekspansi pada periode tersebut.
Peningkatan tersebut terjadi pada berbagai subsektor, antara lain makanan, minuman dan tembakau, pupuk, kimia & barang dari karet, dan kertas & barang dari cetakan.
Seiring dengan peningkatan volume produksi, komponen volume persediaan barang jadi juga diperkirakan meningkat dan berada pada fase ekspansi dengan indeks 52,55%.
Sementara, penggunaan tenaga kerja sektor industri pengolahan kemungkinan meningkat meski masih terbatas sejalan dengan peningkatan volume produksi, namun tetap masih dalam fase kontraksi dengan indeks sebesar 48,35% pada kuartal pertama tahun ini.
Adapun kecepatan barang input diprakirakan tetap membaik hingga kuartal I 2021 meski masih dalam fase kontraksi. Indeks kecepatan penerimaan barang input kuartaI-2021 tercatat sebesar 44,89%, membaik dari kuartal sebelumnya 42,27%.
Berdasarkan subsektor, kinerja PMI BI kuartal I 2021 diprediksi mengalami perbaikan pada mayoritas subsektor industri pengolahan. Beberapa subsektor telah berada dalam level ekspansi pada kuartal tersebut, yaitu subsektor makanan, minuman dan tembakau 54,26% didorong permintaan yang masih terjaga, disertai kecukupan bahan baku produksi.
Lalu, subsektor pupuk, kimia dan barang dari karet 54,21% serta subsektor kertas dan barang cetakan 51,20%.
Kinerja industri pengolahan pada kuartal IV lalu mulai membaik dibandingkan kuartal sebelumnya seiring upaya untuk memenuhi permintaan yang meningkat pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Namun, kinerja penjualan eceran pada tiga bulan terakhir tahun lalu sebelumnya justru diindikasi terkontraksi lebih dalam dari kuartal sebelumnya.
Indeks Penjualan Eceran kuartal IV 2020 diproyeksikan negatif 17,3% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan minus 10,1% pada kuartal III 2020. Penurunan kinerja penjualan eceran pada kuartal IV 2020 terutama terjadi pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta makanan, minuman dan tembakau masing-masing terkontraksi 35,2% dan 8,2% secara tahunan.
Penurunan tersebut dindikasi disebabkan oleh tertahannya konsumsi masyarakat khususnya saat Pembatasan Sosial Berskala Besar Jilid I sampai pekan kedua Oktober 2020 di Jakarta serta adanya demonstrasi sepanjang bulan Oktober-November 2020 di beberapa kota besar cakupan survei.
Peneliti Institute of Development for Economics and Finance Bhima Yushistira menjelaskan bahwa faktor pendorong perkiraan peningkatan PMI kuartal I 2020 yakni permintaan ekspor yang mulai membaik dan harga komoditas yang sudah cukup bagus.
"Ini mengindikasikan pemulihan yang lebih cepat dari beberapa negara khususnya Tiongkok sehingga permintaan bahan baku dan barang setengah jadi dari Indonesia mulai meningakt ke pasa Negeri Panda," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Rabu (13/1).
Selain itu, adanya pemulihan lebih cepat di Amerika Serikat beserta potensi stimulus yang lebih besar mendorong perekonomian Negeri Paman Sam. Apalagi, usai terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS selanjutnya menjadi harapan pasar.
Sebab, perang dagang akan mereda dan stimulus AS akan lebih besar. Dengan demikian, eskpor RI akan meningkat khususnya untuk barang-barang seperti tekstil, alas kaki, furniture, kimia dan farmasi.