Pemerintah Kejar Ekonomi Tumbuh 6% Tahun Depan Demi Jadi Negara Maju

Agatha Olivia Victoria
29 April 2021, 12:19
negara maju, pertumbuhan ekonomi, ekonomi 2022, proyeksi ekonomi
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Ilustrasi. Indonesia diharapkan segera keluar dari jebakan kelas menengah alias middle income trap dan menjadi negara maju pada 2045.

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) merencanakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,4-6% pada 2022. Dengan target itu, Indonesia diharapkan segera keluar dari jebakan kelas menengah alias middle income trap dan menjadi negara maju pada 2045.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, tahun 2022 merupakan kunci untuk meletakkan kembali landasan  pertumbuhan ekonomi demi keluar dari jebakan kelas menengah. "Setelah  pandemi dibutuhkan pertumbuhan 6% untuk membawa Indonesia menjadi negara maju sebelum tahun 2045," kata Suharso dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, Kamis (29/4).

Indonesia menargetkan menjadi negara pada 2045, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar US$ 23,2 ribu atau Rp 324,9 juta. Dengan target ini, PDB nasional bisa mencapai US$ 7,4 triliun, menempati peringkat lima terbesar di dunia.

Oleh karena itu, menurut Suharso, Indonesia tak hanya memiliki tantangan untuk memulihkan ekonomi nasional tetapi mentransformasi ekonomi untuk jangka menengah dan panjang. Adapun transformasi ekonomi yang akan dilakukan pada tahun depan, yakni mengubah struktur perekonomian dari lower productivity menjadi higher productivity sectors. Kemudian, meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor.

Ia mengatakan tanpa transformasi ekonomi, Indonesia akan disalip oleh Filipina pada tahun 2037 dan Vietnam pada 2043 menjadi negara maju. "Pertumbuhan 5% tidak dapat membawa Indonesia lepas dari jebakan kelas menengah," ujarnya.

Suharso menuturkan bahwa investasi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun depan. Total kebutuhan investasi tahun depan adalah sebesar Rp 5.891,4-5.931,8 triliun. Dengan begitu, dibutuhkan peran investasi non pemerintah dan memastikan ketersediaan pembiayaan.

Secara perinci, total kebutuhan investasi akan berasal dari pemerintah Rp 439,4-497 triliun, BUMN Rp 503,1-577 triliun, dan swasta Rp 4.948,9-4.857,7 triliun. Di sisi lain, incremental capital-output ratio (ICOR) pada tahun depan diperkirakan lebih rendah yakni di level 6,24, turun dari perkiraan tahun ini yaitu 8,16.

ICOR adalah ukuran kebutuhan investasi untuk dapat memenuhi suatu target pendapatan wilayah atau laju pertumbuhan ekonomi tertentu. Semakin tinggi angka ICOR, semakin sedikit output dari dana yang diinvestasikan.

Selain pertumbuhan ekonomi, sasaran pembangunan tahun 2022 yakni tingkat pengangguran terbuka di rentang 5,5-6,2% dan tingkat kemiskinan 8,5-9%. Selanjutnya, indeks pembangunan manusia di level 73,44-73,48, penurunan emisi gas kaca 26,8-27,1%, dan rasio gini 0,376-0,378. Indikator lainnya yakni nilai tukar petani di antara 102-104 dan nilai tukar petani 102-105.

Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia baru akan mencapai 5% pada 2022. Prediksi tersebut muncul di tengah perbaikan kondisi global dan rencana pembukaan ekonomi secara bertahap. 

Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, Indonesia baru akan kembali ke jalur pertumbuhannya pada tahun depan. "Perkiraan tersebut seiring dengan pulihnya perdagangan secara berkelanjutan, kebangkitan sektor manufaktur, dan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang besar untuk 2021,” kata Wicklein dalam siaran pers, Rabu (28/4).

Meski demikian, menurut laporan ADB, pengeluaran rumah tangga akan mulai meningkat pada tahun ini seiring melajunya program vaksinasi dan makin banyaknya sektor perekonomian yang kembali beroperasi. Investasi diharapkan akan meningkat lagi bersamaan dengan membaiknya prospek ekonomi. 

Sementara itu, inflasi yang mencapai rata-rata 1,6% tahun lalu, diperkirakan akan naik ke 2,4% pada 2021, sebelum turun lagi ke 2,8% pada 2022. Di sisi lain, ADB memprediksikan ekspor bersih yang didukung oleh kuatnya ekspor komoditas akan menyebabkan defisit transaksi berjalan mencapai 0,8% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021. sikan agar Indonesia memobilisasi sumber daya domestik dan memastikan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...