Investasi Asing Mengalir ke Luar Jawa, Didorong Tambang dan Migas

Abdul Azis Said
28 Juli 2021, 12:24
investasi asing, investasi ke luar jawa, bkpm
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Ilustrasi. Porsi investasi di luar Jawa secara keseluruhan, baik PMA, maupun PMDN mencapai 51,5% atau Rp 228,23 triliun pada Semester I 2021.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) pada semester I 2021 mulai mengalir deras ke wilayah di luar puau Jawa. Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Riau  masuk dalam daftar lima besar daerah dengan PMA tertinggi bersama Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Pada semester pertama tahun ini, investasi asing yang masuk di Maluku mencapai Rp 22 triliun. Sebagian besar investasi tersebut atau US$ 1 miliar atau lebih dari Rp 14 triliun masuk pada April-Juni 2021. Realisasi investasi inihanya berada di bawah Jawa Barat Rp 44,3 triliun dan DKI Ja karta Rp 28,7 triliun.

Sulawesi Tengah menjadi provinsi keempat yang investasi asing terbesar mencapai Rp 16,1 triliun. Separuhnya atau   Rp 8,3 triliun masuk pada kuartal ketiga. Sementara Riau yang berada di posisi kelima mencatatkan investasi Rp 14,7 triliun. Sebagian besar masuk pada kuartal II yakni sebesar US$ 557 juta atau Rp 8 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut tingginya nilai investasi ke wilayah Sulwesi Tengah terutama didorong proyek pembangunan smelter tambang nikel di Morowali. "Memang Sulawesi tu tambang,  sedang dibangun smelter besar-besaran, sedangkan di Riau minyak," kata Bahlil dalam konferensi persnya, Selasa, (27/7).

Porsi investasi di luar Jawa secara keseluruhan, baik PMA, maupun PMDN mencapai 51,5% atau Rp 228,23 triliun pada Semester I 2021. Nilai ini naik 17,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski mendominasi, porsi investasi di luar pulau Jawa mulai menunjukkan penurunan. Porsi investasi luar jawa pada kuartal III dan IV 2020 tercatat 52,8%, lalu turun menjadi 52,1% pada kuartal I 2021 dan 51% pada kuartal II 2021.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) belum lama ini menyepakati rencana pembangunan semlter nikel di Morowali bersama dua perusahaan asal Tiongkok Taiyuan Iron & Steel Co Ltd dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd. Ketiga perusahaan akan membentuk perusahaan patungan yang akan membangun delapan lini pengolahan feronikel rotary kiln-electric furnace beserta fasilitas pendukungnya. Berdasarkan perkiraan, lini pengolahan ini akan memproduksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun.

Kementerian ESDM juga mencatat, akan ada 53 smelter baru yang beroperasi hingga 2023. Sebanyak 30 di antaranya merupakan smelter nikel, terdiri dari 13 smelter nikel yang sudah terbangun dan 17 lainnya masih dalam rencana.

Sementara itu, investasi asing di Riau yang didorong oleh industri minyak terjadi seiring tren pemulihan harga minyak. Data BPS mencatat, nilai ekspor migas pada paruh pertama tahun ini sebesar US$ 5,8 miliar, naik 48% dari periode yang sama tahun lalu US$ 3,9 miliar. Kenaikan terutama didorong oleh penjualan minyak mentah yang naik  627% dari US$ 275 juta tahun lalu menjadi US$ 2 miliar sepanjang Januari-Juni 2021.

Perbaikan pada industri migas juga ditopang tren harga minyak dunia yang membaik dalam enam bulan terakhir. Mengutip Nasdaq, harga minyak jenis Brent pada akhir Juni tercatat US$ 75,13 per barel, naik 45% secara year-to-date dari harga awal tahun US$ 51,8 per barel.

BKPM juga mencatat  realisasi penanaman modal asing (PMA) dari sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar US$ 3,48 miliar di 550 proyek pada semester I-2021. Jumlah itu menjadi yang tertinggi dibandingkan sektor PMA lainnya pada periode yang sama.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...