Banyak TKI Mudik karena Corona, Kiriman Uang ke RI Turun jadi Rp 131 T
Bank Dunia memperkirakan transfer uang yang masuk ke Indonesia atau remitansi turun pada tahun ini menjadi US$ 9,2 miliar atau setara Rp 130,9 triliun (kurs Rp 14.230 per US$). Penurunan terjadi seiring adanya gelombang kepulangan para pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) dari luar negeri akibat pandemi.
"Penurunan penerimaan remitansi lebih lanjut sebesar 5% juga diantisipasi untuk Indonesia pada tahun 2021, didorong oleh penurunan arus masuk remitansi dari Malaysia dan Arab Saudi, yang secara bersama-sama menyumbang 60% dari penerimaannya pada tahun 2020," tulis dalam laporan terbaru Bank Dunia bertajuk 'Recovery Covid-19 Crisis Through a Migration Lens' diktuip Kamis (18/11).
Remitansi merupakan layanan pengiriman uang dari pengirim luar negeri ke Indonesia, ataupun sebaliknya. Pengiriman uang saat ini sebagian besar dilakukan oleh pekerja atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri atau para TKA yang mengirim ke negara asalnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, terdapat aliran remitansi sebesar US$ 4,53 miliar atau setara Rp 64,4 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Nilai tersebut turun 6,7% dari periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, terdapat pengiriman uang oleh Tenaga Kerja Asing (TKA) yang ada di Indonesia menuju negara asalnya sebesar US$ 1,37 miliar atau setara Rp 19,5 triliun pada semester pertama 2021. Nilainya juga turun 5,2% dari periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, BI mencatat neraca remitansi TKI terhadap TKA pada semester pertama tahun ini US$ 3,17 miliar, turun 7,35% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Bank Dunia memperkirakan aliran remitansi dunia pada 2021 mencapai US$ 751 miliar atau setara Rp 10.686 triliun. Nilainya tumbuh positif 6,5% secara tahunan, menguat dari kinerja tahun lalu yang terkontraksi 2,3%. Nilai pengiriman uang lintas negara ini diperkirakan kembali naik 3,1% pada tahun depan menjadi US$ 774 miliar
Secara regional, aliran terbesar menuju kawasan Asia Selatan sebesar US$ 162 miliar, terutama yang mengalir ke India. Asia Timur dan Pasifik berada di urutan kedua bersama Latin Amerika dan Karibia dengan nilai US$ 131 miliar.
Indonesia berada di urutan keempat di Asia Timur dan Pasifik sebagai negara penerima aliran remitansi terbesar. Tiga negara di atasnya yaitu Cina US$ 53 miliar, Filipina US$ 36,2 miliar dan Vietnam US$ 18,1 miliar.
Penurunan pada nilai pengiriman uang dari luar negeri menuju Indonesia pada tahun ini sejalan dengan gelombang kepulangan pekerja migran dari luar negeri. Bank Dunia mencatat terdapat 180 ribu TKI yang pulang ke Indonesia selama pandemi ini.
"Jumlah pekerja Asia Timur yang kembali ke tanah airnya cukup besar tahun 2020 karena PHK yang disebabkan oleh pandemi global, dan banyak yang berjuang untuk menemukan pekerjaan yang menguntungkan," demikian tertulis laporan tersebut.
Bank Dunia mencatat, sebagian besar pekerja migran yang pulang tidak memiliki perlindungan sosial. Di Indonesia, 75% dari para pekerja yang pulang kampung masih berjuang mencari pekerjaan baru.
Di sisi lain, Bank Dunia melihat beberapa negara mulai membuka kembali pintu bagi para pekerja migran termasuk dari Indonesia. Mulai September, otoritas Hong Kong mengizinkan pekerja migran asal Indonesia dan Filipna untuk kembali bekerja di wilayah tersebut, dengan syarat sudah menerima vaksinasi penuh. Selain itu, pekerja juga wajib ikut karantina mandiri selama 21 hari.
Jerman juga sudah menyelesaikan kesepakatan dengan Indonesia untuk mengirim tenaga perawat. Ini dalam rangka memenuh kekurangan tenaga perawat di negara tersebut. Kedatangan diperkirakan paling cepat paruh kedua tahun depan. Para perawat terpilih ini nanti akan menjalani pelatihan profesional dan belajar bahasa Jerman sebelum meinggalkan Indonesia.