Chairul Tanjung Ungkap Fenomena Baru 'Lonely Economy', Apa Itu?
Pandemi memunculkan sejumlah fenomena baru, salah satunya disebut 'lonely economy'. Chairman dan Founder CT Corp yang juga Mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung menyebut fenomena ini memunculkan pola konsumsi baru masyarakat.
"Ada satu fenomena baru yang membuat kita merasa aneh tetapi nyata, yaitu fenomena 'lonely economy'. Ini menjadi suatu fenomena baru, yakni banyak orang lebih memilih bertahan hidup sendiri," kata Chairul dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3).
Ia mencontohkan, fenomena ini dengan pilihan sebagian orang untuk tidak menikah dan menjalani kehidupan sendiri atau berumah tangga tetapi memutuskan menunda untuk memiliki anak. Dengan keputusan tersebut, menurut dia, pola konsumsi baru akan muncul yakni meningkatnya permintaan terhadap hewan peliharaan serta tren pesan makanan secara daring.
"Karena hidup sendiri tidak perlu masak, tidak perlu punya pembantu, apa-apa dilakukan pemesanan secara daring. Jal-hal ini membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita," ujarnya.
Dalam laporan McKinsey tahun lalu, istilah Lonely Economy juga menjadi tren baru untuk perekonomian Asia saat ini. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan ukuran rumah tangga yang mengecil dan bagaimana implikasikan terhadap konsumsi dan bisnis.
Rumah tangga di Asia disebut semakin sempit, menyusul tren penyempitan rumah tangga di Amerika Serikat dan Eropa yang sudah berlangsung sejak tahun 1960-an. Ukuran rata-rata rumah tangga di sebagian besar negara Asia selama 20 tahun terakhir sudah turun, penurunan 30% di Cina dan 10% di Indonesia.
"Hampir dari sepertiga rumah tangga di negara maju Asia dan lebih dari 15% di Cina merupakan rumah tangga yang terdiri atas satu orang, dan Lonely Economy mulai muncul," kata McKinsey.
Tren Lonely Economy ini salah satunya terlihat dari kepemilikan terhadap hewan peliharaan yang meningkat di Asia. Di Cina, kepemilikan terhadap hewan peliharaan naik 114% selama periode 2015-2020, di Thailand 23% dan Singapura 12%.
Fenomena ini juga mendorong munculnya pola konsumsi baru salah satunya pada porsi yang lebih kecil untuk makanan kemasan, dan bahkan bisa menyebabkan pergeseran pola urbanisasi karena meningkatnya permintaan terhadap perumahan unit tunggal. Pergeseran demografis juga akan mendorong pertumbuhan jenis rekreasi tertentu, terutama meningkatnya hiburan digital, makanan untuk sendirian dan solo traveling.
"Pasar lonely economy tumbuh kuat karena konsumen semakin fokus pada kesehatan mental dan pilihan gaya hidup sehat," tulis McKinsey.