DBS Ramal Ekonomi Amerika Tak Akan Resesi Tahun Depan, Hanya Melambat
Bank DBS memperkirakan ekonomi Amerika Serikat masih akan tumbuh 1,5% pada tahun depan. Ekonomi terbesar dunia ini belum akan jatuh ke jurang resesi pada tahun depan meski banyak pelaku pasar mulai khawatir hal tersebut akan terjadi.
"Perkiraan kami untuk pertumbuhan ekonomi AS sendiri 1,5% pada tahun depan, yang pada dasarnya berarti ekonomi AS melambat tetapi tidak tergelincir ke dalam resesi," kata Ekonom Senior Bank DBS Radhika Rao dalam diskusi dengan wartawan di Jakarta, Selasa (26/7).
Kekhawatiran soal resesi telah meningkat beberapa waktu terakhir. Perusahan pialang global Nomura Holdings dalam risetnya belum lama ini memperkirakan ekonomi Amerika akan jatuh ke jurang resesi pada tahun depan. Kekhawatiran resesi AS telah menjadi perhatian serius pasar belakangan ini.
Perkiraan Rao soal perlambatan ekonomi AS ini sejalan dengan komentar Menkeu AS Janet Yellen belum lama ini. Ia menyebut ekonomi AS saat ini belum masuk ke jurang resesi. Meski demikian, perekonomian bergerak ke arah perlambatan pertumbuhan.
Yellen mengatakan, Sejumlah data menunjukkan perekonomian Amerika masih tumbuh. Data lapangan kerja dan belanja konsumen masih kuat yang mengindikasikan bahwa ekonomi tidak dalam resesi. Meski demikian, ia menyebut bukan berarti ekonomi AS akan benar-benar terhindar dari resesi.
Dampak dari perlambatan ekonomi di AS akan terlihat melalui sejumlah saluran. Jika ekonomi terbesar dunia itu melambat, maka permintaan akan menurun sehingga perdagangan juga lesu. Di sisi lain, ini juga akan mempengaruhi investasi ke negara-negara lain, termasuk negara berkembang.
Sekalipun bukan resesi, perlambatan ekonomi ini akan berdampak pada perekonomian negara berkembang termasuk di Asia Tenggara. Namun, Rao melihat dampak dari perlambatan tersebut bagi Indonesia akan lebih ringan dibandingkan sejumlah ekonomi ASEAN lainnya, terutama ASEAN-6 yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina.
"Jika dibandingkan dengan enam negara ASEAN lainnya, menurut kami eksposur ke Indonesia lebih sedikit, karena sifat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didorong oleh permintaan domestik," kata dia.
Di sisi lain, sumbangan kinerja perdagangan internasional, ekspor impor, tidak begitu signifikan dalam basket perhitungan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Beda lagi dengan negara ASEAN lainnya, yang mana perdagangan memiliki andil sangat besar dalam bauran pertumbuhanya.