Rupiah Ambruk ke 15.130/US$, Ini Senjata BI untuk Stabilkan Kurs
Nilai tukar rupiah melemah di perdagangan awal pekan ini, menembus level 15.100 per dolar AS sejak pagi tadi. Kekhawatiran pasar terhadap resesi mendorong investor ramai-ramai membuang mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak ke level 15.129 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB, melemah 92 poin atau 0,61% dari level penutupan kemarin. Kurs garuda bahkan sempat menyentuh 15.134 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menyebut, ada sentimen baru yang mendorong pelemahan rupiah pada awal pekan ini. Pasar khawatir terhadap resesi ekonomi dunia.
"Ada beberapa sentimen baru, tetapi intinya sama yaitu yang menyebabkan kekhawatiran ekonomi global yang terus melambat dan bahkan terancam resesi. Semua mata uang emerging market Asia mengalami pelemahan, termasuk rupiah," ujarnya melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Senin (26/9).
Bank Dunia dalam laporan terbarunya mengungkapkan meningkatnya risiko resesi pada tahun depan. Resesi mungkin sulit dihindarkan jika inflasi tak kunjung terkendali dan memaksa bank sentral di banyak negara menaikkan bunga lebih tinggi dari rencana awal.
Pasar keuangan dunia semakin ketat seiring langkah banyak bank sentral mengerek suku bunga kebijakannya, Bank sentral utama dunia seperti bank sentral AS, The Fed, Eropa, Inggris hingga Swiss makin agresif mengerek suku bunga acuannya. Pengetatan moneter ini berimplikasi terhadap perlambatan permintaan sehingga ekonomi dunia berpotensi makin lesu.
Edi menyebut koreksi rupiah pada perdagangan hari ini masih lebih baik dibandingkan mata uang negara lainnya di kawasan. Baht Thailand melemah 0,61% dari posisi penutupan kemarin, rupee India 0,75%, peso Filipina 0,98% dan won Korea Selatan yang jatuh hingga 1,55%.
Edi memastikan, Bank Indonesia selalu berada di pasar lewat intervensi tiga lapis alias triple intervention, di Domestik non-delivery forward (DNDF), intervensi di pasar spot dan pasar Surat Berharga Negara (SBN). Intervensi dilakukan untuk memperlancar suplai dan permintaan valuta asing sehingga tidak terjadi pelemahan yang eksesif terhadap rupiah.
BI juga telah mengenalkan instrumen baru sejak pertemuan dewan gubernur bulan lalu, yakni operation twist. Melalui senjata ini, BI menjaga rupiah dengan menjual obligasi bertenor pendek untuk menjaga daya tarik SBN jangka pendek sehingga diharap modal asing bisa masuk. Sebaliknya, BI akan membeli obligasi jangka panjang.
"Untuk operation twist, hari ini kami pantau dulu karena besok ada jadwal lelang SUN oleh Kementerian Keuangan. Jangan sampai mekanisme pembentukan harga di lelang SUN besok terdistorsi," kata Edi.
Kurs rupiah menembus level psikologisnya Rp 15.000 per dolar AS sejak pekan lalu. Rupiah ditutup di lemah pekan lalu di level Rp 15.027 per dolar AS.