Chatib Basri Beberkan Skenario Efek Resesi Dunia ke Indonesia
Sejumlah lembaga internasional memperingatkan risiko resesi ekonomi global meningkat pada tahun depan. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan resesi global akan dirasakan Indonesia melalui jalur perdagangan dan keuangan, tetapi ekonomi domestik tak akan jatuh ke jurang resesi.
"Potensi resesi global tentu akan berdampak kepada perekonomian Indonesia setidaknya melalui dua jalur, yakni perdagangan dan keuangan," kata Chatib dalam unggahan di akun instagram pribadinya @chatibbasri dikutip Kamis (20/10).
Pertama, dampak melalui jalur perdagangan. Menurut Chatib, resesi global menyebabkan permintaan dari banyak negara menurun sehingga akan berdampak pada lesunya ekspor. Namun, efeknya kemungkinan terbatas.
Chatib beralasan, Indonesia masih berpotensi diuntungkan akibat lonjakan harga batu bara akibat perang Rusia dan Ukraina. Dengan demikian, 'durian runtuh' harga batu bara bisa mengkompensasi penurunan ekspor jenis barang lainnya.
Selain itu, menurut Chatib, penurunan ekspor tidak akan signifikan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Ekspor hanya menyumbang sekitar seperempat dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Kedua, dampak resesi melalui jalur keuangan. Menuru Chatib, kekhawatiran resesi akan mendorong dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya, sehingga rupiah ikut melemah. Rupiah telah anjlok mendekati Rp 15.600 per dolar AS pada perdagangan pagi ini.
Depresiasi rupiah ini, menurut Chatib, akan memukul kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Dalam keterangan sebelumnya, Chatib menyebut beban lebih berat akan dipikul perusahaan yang basis pendapatannya dalam rupiah tetapi memiliki kewajiban utang dalam bentuk dolar AS.
Dampak pelemahan nilai tukar tersebut terjadi bersamaan dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia. Suku bunga yang makin tinggi berarti biaya utang makin mahal. Hal ini akan berpengaruh terhadap investasi yang dilakukan perusahaan serta konsumsi yang dilakukan masyarakat.
Pada saat yang sama, menurut dia, kebijakan fiskal tidak bisa lagi banyak membantu ekonomi tahun depan seiring defisit yang diturunkan ke bawah 3%.
"Apakah ekonomi Indonesia akan mengalami resesi? menurut saya tidak, yang terjadi adalah perlambatan ekonomi, dalam konteks ini saya kira penting sekali bagi pemerintah untuk memberikan prioritas kepada perlindungan sosial," kata Chatib.
Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun depan menjadi hanay 2,7%. Lembaga ini juga memperkirakan, sepertiga perekonomian dunia kemungkinan akan mengalami kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau sering disebut resesi teknikal pada tahun depan.
Tiga perekonomian terbesar, Amerika Serikat, Cina dan zona euro akan melemah. Ekonomi AS hanya akan tumbuh 1% pada tahun depan sebagai imbas pengetatan kebijakan moneter. Ekonomi Cina juga hanya akan tumbuh 4,4% pada tahun depan karena berlanjutnya permasalahan di sektor properti dan kebijakan lockdown Covid-19.
Penurunan signifikan juga terlihat di zona euro dengan prospek pertumbuhan hanya 0,5%. Penyebab utama perlambatan ekonomi di kawasan ini terutama karena ancaman krisis energi akibat perang Rusia dan Ukraina.