Sri Mulyani Lihat Kondisi Ekonomi 2023 Tak Seburuk yang Ditakutkan
Banyak yang meramalkan ekonomi global akan suram pada tahun ini seiring tantangan yang semakin beragam. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut masih ada harapan kondisi ekonomi tak seburuk bayangan awal, terutama seiring sejumlah data ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang menunjukkan bahwa situasi membaik.
"Waktu melihat tahun 2023 di tahun lalu, managing director IMF, seperti yang dikatakan presiden, sering menyampaikan bahwa dunia akan menghadapi situasi yang gelap. Tapi sekarang tone-nya sudah mulai, I think it's a little bit better than the worst case," kata Sri Mulyani saat kunjungan kerja ke Cikarang Dry Port (CDP), Bekasi, Jumat (27/1).
Kabar baik memang datang dari Amerika Serikat. Perekonomian AS pada kuartal empat 2022 berhasil tumbuh 2,9% secara tahunan. Kinerjanya memamg melambat dibandingkan kuartal sebelumnya 3,2%, tetapi lebih tinggi dari perkiraan pasar seperti dikutip dari Revenitif yang akan tumbuh 2,6%.
Eropa juga membawa kabar baik. Data flash composite PMI zona euro berbalik ke zona ekspansi, di indeks 50,2 pada Januari 2023. Kinerja ini merupkan perbaikan setelah terkontraksi sejak pertengahan tahun lalu. Data ini mengindikasika aktivitas ekonomi di benua biru semakin membaik.
"Ini ada harapan. Memang diakui 2023 merupakan tahun yang akan muncul ketidakpastian, risiko penurunannua masih sangat besar, tapi kita tidak boleh putus harapan," kata Sri Mulyani.
IMF beberapa hari sebelumnya juga sudah membawa kabar yang sedikit meredakan kekhawatiran dunia. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva saat hadir di World Economic Forum (WEF) di Davos pekan lalu menyebut, normalisasi aktivitas di Cina berpeluang mendorong pertumbuhan ekonomi global. Lembaga berbasis di Washington DC, AS itu memperkirakan ekonomi Cina akan tumbuh 4,4% tahun ini.
Hal ini kemungkinan mendorong IMF untuk merevisi ke atas perkiraannya atas pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari sebelumnya diperkirkan 2,7%. Meski demikian Georgieva memperingatkan untuk tidak mengharapkan "perbaikan dramatis" pada perkiraan pertumbuhan tersebut. Risiko tetap ada karena pembukaan kembali aktivitas di Cina juga bisa memicu inflasi kembali memanas setelah sebelumnya mulai ada tanda-tanda perbaikan.
Sementara dari dalam negeri, Sri Mulyani kembali menyebut ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu "titik terang" dunia, bersama dengan India yang juga diperkirakan masih mampu tumbuh kuat. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu diperkirakan mencapai di atas 5% dengan pemulihan yang merata di semua sektor usaha.