Menko Luhut akan Turun Tangan soal Polemik Impor KRL Bekas dari Jepang
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan turun tangan terkait polemik izin impor rangkaian kereta rel listrik (KRL) dari Jepang. Rencana PT KAI Commuter Indonesia atau KCI mengimpor KRL tersebut terganjal restu Kementerian Perindustrian.
"Besok, kami rapatkan dengan semua (kementerian terkait), nanti diundang oleh Menko Marves," kata Menteri Perindustrian kata Agus Gumiwang saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (2/3).
Ia menjamin, pemerintah akan menghasilkan solusi terkait polemik ini. Pemerintah akan mempertimbangkan usulan semua pihak, mulai dari pelaku industri domestik hingga pengamat.
KCI diketahui telah memesan 16 rangkaian kereta api dari PT INKA untuk memenuhi kebutuhan kereta yang akan pensiun. Namun, kereta itu baru tersedia pada 2025-2026. Padahal beberapa kereta dijadwalkan pensiun pada tahun ini dan tahun depan.
Oleh karena itu, KCI juga berencana untuk mengimpor 10 rangkaian KRL bekas dari Jepang pada tahun ini selain memesan kepada PT INKA. VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan, impor KRL dibutuhkan untuk melayani kebutuhan penumpang.
Saat ini, jumlah penumpang KRL mencapai 840 ribu penumpang per hari dan diperkirakan masih akan meningkat hingga lebih satu juta penumpang per hari. Angka tersebut hampir menyamai masa sebelum pandemi sebesar 1,1 juta -1,2 juta penumpang per hari.
Anne mengatakan, KCI akan berupaya untuk mengganti KRL baru dan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Namun pengadaan KRL ini menurutnya perlu dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan finansial.
"Di sini yang kami butuhkan sebenarnya, bagaimana operasional KRL ini bisa melayani masyarakat, sementara kami menggnati KRL baru secara bertahap," ujarnya saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta, Selasa (28/2).
Namun, Kemenperin diketahui menolak memberi rekomendasi izin atas rencana impor kereta oleh KCI tersebut. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo menegaskan, Indonesia tidak perlu mengimpor gerbong KRL karena industri kereta api nasional mampu memproduksi semua kebutuhan kereta di dalam negeri.
“PT Industri Kereta Api (INKA) bisa membuat itu semua, kenapa kita harus impor gerbang kereta api bekas dari Jepang. Katanya bangga beli buatan Indonesia. Bangladesh saja membeli produk kereta kita sampai Rp1,3 triliun,” kata Dody dikutip sari Antara.
Ia mengakui bahwa pemenuhan kebutuhan gerbong kereta dalam jumlah besar memang dibutuhkan waktu, karena tidak dapat direalisasikan dalam semalam. Oleh karena itu, Dody menyebut rencana penggantian kereta harusnya sudah dilakukan jauh-jauh hari sehingga bisa memberi kesempatan kepada industri lokal.