Indonesia Surplus Dagang US$ 1 M dengan Cina, Ini Pendorongnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang nonmigas dengan Cina mencetak surplus US$ 999,8 juta pada bulan lalu. Surplus neraca perdagangan tersebut seiring impor yang turun lebih dalam dibandingkan koreksi pada ekspor.
Surplus dagang nonmigas dengan Cina merupakan yang terbesar ketiga setelah dengan AS dan India. Surplus bulan lalu juga merupakan pembalikam setelah bulan sebelumnya mencatat defisit tipis US$ 70 juta.
"Surplus dagang dengan Cina ini terjadi pada komoditas besi baja, bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak hewan atau nabati," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3).
Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Cina kembali turun sekalipun tak sedalam bulan sebelumnya. Total nilai ekspor ke Cina US$ 5,04 miliar, turun 4% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, penurunannya tak sedalam Januari yang sebesar 9%.
Penurunan ekspor terutama terjadi pada komoditas besi dan baja, bahan bakar mineral, bijih, terak dan abu logam, serta nikel dan barang daripadanya. Sebaliknya, beberapa komoditas yang nilai ekspornya naik, yakni minyak hewan atau nabati serta pulp dan kayu.
Namun, impor dari Cina pada bulan yang sama turun lebih tajam sehingga terjadi surplus cukup besar. Nilai impor non migas dari Cina sebesar US$ 4,04 miliar, turun 24,1% dalam sebulan.
"Penurunan terbesar pada komoditas mesin, perlengkapan elektrik dan bagiannya, mesin perlatan mekanis dan bagiannya, serta besi dan baja," kata Habibullah.
Meski ekspor dan impor dengan Cina turun, tetapi negara tersebut masih menjadi pangsa terbesar perdagangan Indonesia. Impor dari Cina berkontribusi hampor 30% sementara ekspor ke Cina menyumbang hampir seperempat dari total.
Neraca dagang Indonesia secara keseluruhan mencetak surplus US$ 5,48 miliar. Nilai ekspor menyusut 4,15% dibandingkan bulan sebelumnya, namun penurunan impor lebih dalam yakni 13,68%.
Surplus dagang terjadi di tiga mitra dagang utama Indonesia, dengan surplus terbesar dengan Amerika Serikat sebesar US$ 1,33 miliar, disusul India US$ 1,08 miliar dan Cina US$ 999,8 juta. Sebaliknya, Indonesia mengalami defisit terbesar dengan Australu sebesar US$ 400 juta, disusul Thailand US$ 342 juta dan Brasil US$ 158 juta.