Inflasi Bikin Pengeluaran Rumah Tangga di AS Lebih Mahal Rp 10,7 Juta
Lonjakan inflasi di Amerika Serikat memiliki dampak bola salju pada anggaran rumah tangga. Rata-rata pengeluaran keluarga untuk berbelanja di Amerika Serikat naik lebih dari US$ 709 atau setara Rp 10,7 juta dengan asumsi Rp 15.092 per dolar AS pada Juli dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Kenaikan pengeluaran tersebut menekankan dampak kumulatif inflasi yang tinggi terhadap keuangan konsumen, bahkan ketika inflasi di Amerika Serikat telah menurun drastis dalam beberapa bulan terakhir.
“Inflasi tinggi selama dua tahun terakhir telah menyebabkan banyak kerusakan ekonomi,” ujar Kepala Ekonom di Moody's Analytics Mark Zandi dalam sebuah postingan di Twitter, seperti dikutip dari CNN, Senin (14/8).
Ia menjelaskan, sebagian besar peningkatan pengeluaran didorong oleh lonjakan biaya tempat tinggal. Pengeluaran rumah tangga di Amerika juga naik untuk membeli bahan makanan, membeli dan mengasuransikan kendaraan, serta layanan rekreasi.
"Tentu saja, gaji juga meningkat selama dua tahun terakhir, tetapi tidak sebesar biaya hidup," kata dia.
Lantaran biaya hidup naik lebih tinggi, pendapatan riil warga Amerika pun tertahan di level seperti pada akhir 2019.
“Penghasilan nyata tetap di bawah apa yang seharusnya jika bukan karena pandemi dan perang Rusia, yang membebani jiwa kolektif,” kata Zandi kepada CNN.
Adapun kabar baiknya adalah bahwa kenaikan upah akhirnya mulai melampaui inflasi. Pertumbuhan harga konsumen telah menurun secara signifikan, sedemikian rupa sehingga banyak investor bertaruh bahwa The Federal Reserve telah selesai menaikkan suku bunga.
Zandi menghitung bahwa rumah tangga pada umumnya membelanjakan US$202 lebih banyak pada Juli ini dibandingkan tahun lalu untuk membeli barang dan jasa yang sama. Kenaikan itu signifikan, tetapi masih di bawah kenaikan pengeluaran sebesar US$536 secara tahunan pada tahun lalu dibanidngkan tahun ini.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Kamis malam (10/8), menunjukkan tekanan inflasi mereda bulan lalu setelah melewati puncaknya mencapai 9% pada Juni 2022. Indeks harga konsumen naik 0,2%, menyamai kenaikan di bulan Juni. Inflasi tersebut 90% didorong oleh kenaikan biaya sewa hunian yang meningkat 0,4%. Indeks Harga Konsumen AS naik 3,2% dalam 12 bulan terakhir.
Tahan Suku Bunga The Fed Data inflasi yang moderat dan pasar tenaga kerja yang sepi dapat memperkuat keyakinan para ekonom bahwa The Fed akan menahan laju kenaikan suku bunga. "Kemajuan signifikan inflasi telah dibuat, tren disinflasi yang terus-menerus terbukti," kata Sung Won Sohn, seorang profesor keuangan dan ekonomi di Universitas Loyola Marymount di Los Angeles, seperti dikutip Reuters, Jumat (11/8).