Harga Cabai Tembus Rp 150 Ribu/Kg, Apa Penyebabnya?
Harga cabai terus meningkat hingga menyentuh di atas Rp 100 ribu per kg di beberapa daerah. Harga cabai rawit merah di Maluku Tenggara bahkan mencapai Rp 150 ribu per kg.
Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp 70.800 per kg pada 7 November 2023, naik Rp 3.720 dibandingkan akhir bulan lalu. Sementara rata-rata harga cabai merah kriting mencapai Rp 59.220 per kg, naik Rp 7.300 dibandingkan akhir bulan lalu.
Harga cabai rawit merah bahkan mencapai di atas Rp 100 ribu di beberapa daerah. Harga cabai rawit merah tertinggi tercatat di Maluku Tenggara mencapai Rp 150 ribu per kg, di susul Kabupaten Tanimbar di Maluku Rp 140 ribu per kg, dan kabupaten Seram Bagian Timur Rp 106 per kg.
Harga cabai rawit merah juga mencapai Rp 100 ribu per kg di Kabupaten Mappi dan Fakfak, Papua dan Papua Barat. Di sisi lain, harga cabai rawit merah terendah berada di wilayah Nusa Tenggara Timur, yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan seharga Rp 20 ribu per kg, serta Kabupaten Belu dan Kupang masing-masing Rp 25 ribu per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan, lonjakan harga cabai rawit di beberapa daerah terjadi karena penurunan produksi akibat El Nino dan belum masuknya panen raya. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan intervensi stabilisasi harga melalui fasilitas distribusi pangan dengan mengirim cabai dari daerah sentra Sulawesi Selatan (Sulsel) ke daerah defisit di Jakarta.
"Harga komoditas cabai yang mengalami kenaikan ini kami tekan dengan memfasilitasi pengangkutannya dari daerah-daerah yang masih berproduksi dan harganya relatif lebih rendah. Kita sudah identifikasi sentra cabai di luar Jawa seperti di Sulsel yang siap memasok ke wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya,” kata Arief di Jakarta, Senin (7/11).
Ia menjelaskan, sebanyak 2,4 ton atau 80 koli cabai rawit merah telah dikirim dari petani di Sulawesi Selatan ke Jakarta pada Minggu (5/11). Pengiriman logistik secara langsung difasilitasi oleh NFA guna intervensi harga cabai yang beberapa waktu ini mengalami kenaikan.
"Dalam kondisi seperti saat ini, tentunya kami di Badan Pangan Nasional kembali mengingatkan para kepala daerah untuk saling membangun kerja sama antar daerah sehingga cabai di wilayah sentra produksi dan harganya stabil dapat mendistribusikan cabai ke daerah defisit atau daerah dengan harga cabai yang tinggi,” ujarnya.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan, pihaknya bersinergi dengan Dinas KPKP DKI Jakarta, Dinas Perdagangan DKI Jakarta, Satgas Pangan, PD Pasar Jaya, IKAPPI dan PIKJ untuk melakukan intervensi langsung di lima pasar tradisional/pengecer di beberapa wilayah di Jakarta.
"Kedatangan tahap awal cabai dari Sulsel ini dipasok ke lima pasar tradisional/pengecer yaitu Pasar Inpres Senen 1 ton, Pasar Serdang 300 kg, Pasar Jembatan Lima 500 kg, Pasar Kemayoran, 300 kg dan Pasar Cipete sebanyak 300 kg,” kata Ketut.
Fasilitasi distribusi pangan cabai rawit akan dilakukan setiap hari dan selektif mengingat ketersediaan produksi dan pasokan yang terbatas. Sedangkan penetrasi ke pasar pengecer juga akan terus dilakukan ke pasar-pasar lainnya yang harganya tinggi dan/atau pasar mitra pedagang PIKJ.