Bos BI Paparkan Lima Alasan, Ajak Investor Jepang Investasi di RI
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengajak investor potensial asal Jepang untuk berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, investor Jepang punya lima alasan untuk bisa yakin menanamkan modalnya di Tanah Air.
Kelima alasan yang dimaksud antara lain: Pertama, makroekonomi Indonesia yang stabil. Kedua, pertumbuhan ekonomi tinggi. Ketiga, reformasi struktural yang terus berlangsung. Keempat, akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan. Kelima, pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Perry saat mengikuti rangkaian kegiatan promosi investasi dan perdagangan ‘Indonesia Investment Forum’ di Tokyo, Jepang, pada 6-7 November 2023. Kegiatan tersebut diadakan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
“Semangat dan jalinan kerja sama perlu semakin diperkuat karena kedua negara menghadapi tantangan global yang sama. Kerja sama kedua negara ini dapat dipererat salah satunya dengan peningkatan investasi Jepang di Indonesia,” kata Perry dalam keterangan tertulis.
BI bersama BKPM memfasilitasi pencocokan bisnis atau business matching dengan investor untuk 10 proyek clean and clear (CnC) Indonesia. Proyek terpilih melalui proses kurasi untuk ditawarkan kepada investor dan korporasi di Jepang. Kesepuluh proyek terpilih tersebut bergerak di sektor energi terbarukan, jasa, dan kesehatan.
“Tingginya minat investor Jepang berinvestasi di Indonesia ditunjukkan dengan penandatanganan letter of intent (LoI) investasi pada sejumlah proyek di Indonesia,” ujar Perry.
Untuk mendukung iklim investasi di Indonesia, pemangku kepentingan juga berdiskusi seputar perkembangan investasi, termasuk local currency transaction (LCT) Indonesia-Jepang yang tidak hanya akan memperlancar perdagangan, melainkan juga investasi langsung antar kedua negara.
“Jepang sebagai mitra dagang utama Indonesia dapat mengoptimalkan pemanfaatan LCT untuk mengurangi dominasi mata uang tertentu pada transaksi perdagangan dan investasi langsung antara Indonesia dan Jepang,” ujar Perry.
Implementasi LCT tersebut diyakini dapat bermanfaat, salah satunya untuk mendorong terciptanya kurs nilai tukar yang lebih efisien. Selain itu, pendalaman pasar keuangan dalam mata uang lokal, serta aspek teknis lainnya seperti kemudahan pembukaan rekening dan proses remitansi rupiah di Jepang.
Sejauh ini, LCT antara Indonesia dan Jepang yang mulai diimplementasikan sejak Agustus 2020 terus menunjukkan perkembangan yang positif dan berpotensi untuk terus dikembangkan, sejalan dengan terus meningkatnya transaksi perdagangan, yang didominasi sektor manufaktur, pertanian dan pertambangan kedua negara.