Pilpres 1 atau 2 Putaran Tahun Depan, Begini Dampaknya ke Ekonomi RI
Pemilihan Presiden (Pilpres) akan memberikan dampak terhadap perekonomian, salah satunya terhadap kinerja investasi. Bank Indonesia memperkirakan investasi pada semester pertama tahun depan akan cenderung melambat.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Erwindo Kolopaking mengatakan, investor biasanya akan merealisasikan investasi secara besar-besaran satu kuartal menjelang berakhirnya periode pemerintahan. Namun, investasi akan melambat pada dua kuartal mendekati pemilihan presiden hingga setelahnya.
"Menjelang akhir pemerintahan, kami biasanya melihat ada ekspansi yang besar, tetapi di awal kuartal saat dan setelah pemilu akan agak stop karena investor akan melihat program-program presiden dan pada menterinya," ujar Erwindo saat berbincang dengan media di Raja Ampat, Papua Barat, akhir pekan lalu.
Menurut dia, pilpres yang berlangsung dalam satu dan dua putaran akan mempengaruhi pola investasi. Para investor biasanya menahan diri, melihat bagaimana program-program pemerintahan yang baru dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kondisi ini pun akan membuat pola investasi terhadap pertumbuhan ekonomi agak sedikit melambat.
“Ketika presiden berbeda, investor akan melihat apa saja program dalam APBN 2023 akan diambil atau menyusun rancangan baru. Ini akan berpengaruh terhadap konsumsi dan investasi pemerintah di awal tahun,” kata Erwindo.
Ia menjelaskan pola investasi akan kembali berangsur normal setelah presiden dan para menteri yang terpilih sudah mantap menjalankan pemerintahan.
Penyelenggaraan pemungutan suara pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota, serta anggota DPD RI akan dilaksanakan pada Rabu, 14 Februari 2024. Sedangkan pemungutan suara serentak nasional dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota, dilaksanakan pada Rabu, 26 November 2024.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini dan tahun depan akan berada pada rentang antara 4,5% hingga 5,3%. Pertumbuhan ekonomi terutama akan ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi.
Badan Pusat Statistik sebelumnya mencatat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga tercatat melambat menjadi 4,94% secara tahunan atau year on year (yoy). Kendati melambat, Kementerian Keuangan menekankan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kuat.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan sebesar 5,1% pada kuartal ketiga 2023. Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat 5,8%. Ekspansi aktivitas konstruksi mendorong kinerja PMTB bangunan yang tumbuh mencapai 6,3%, sejalan dengan penjualan semen domestik yang tumbuh sebesar 8,4%.
Di periode yang sama, pertumbuhan belanja modal pemerintah yang mencapai 32,4% turut mendorong pertumbuhan barang modal bangunan. Sementara itu, kinerja pertumbuhan non-bangunan terjadi pada investasi kendaraan yang tumbuh 21,3%.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada kuartal ketiga tahun ini mengalami kontraksi 3,8% (yoy). Pergeseran pembayaran gaji ke-13 yang dilakukan pada kuartal kedua merupakan salah satu faktor pemicu menurunnya konsumsi pemerintah.