Puluhan Ribu Orang Kena PHK Awal 2025, Kadin Ungkap Penyebabnya


Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, terdapat 24.036 orang terkena PHK sejak awal tahun hingga 23 April 2025. Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie menjelaskan, PHK dapat terjadi karena sejumlah faktor, seperti perlambatan ekonomi, disrupsi teknologi, maupun kebijakan tertentu.
"Bagaimana pun, PHK itu tentu akan ada dampaknya. Tugas kita adalah mengkompensasikan dengan menciptakan lapangan kerja baru dan juga pengusaha baru," ujar Anindya Bakrie pada Selasa (13/5), seperti dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan, Kadin akan mendorong penciptaan lapangan kerja baru dan lahirnya wirausaha produktif guna menanggulangi dampak pemutusan hubungan kerja atau PHK. Di sisi lain, Anindya optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat kembali mencapai di atas 5%, bahkan menuju 8% sehingga akan berdampak pada lapangan kerja.
"Setiap pertumbuhan ekonomi yang 5-6% itu bisa menciptakan 2,5 juta lapangan kerja," ujarnha
Menurut Anindya, Kadin juga aktif menjajaki peluang ekspor melalui diplomasi tarif dagang, yang dinilai mampu membuka pasar internasional dan memperluas kapasitas produksi industri lokal Indonesia.
Ia juga memastikan Kadin terus bersinergi dengan pemerintah menjaga kebijakan agar pro-industri, sekaligus mendukung pengusaha bertahan dan berkembang menghadapi dinamika ekonomi global.
"Bahkan kita mesti mencari celah-celah, bahkan dengan diplomasi tarif dagang, ini. Saya melihat kalau misalnya kita bermain pandai, bisa menciptakan lapangan kerja juga, karena artinya akan banyak sekali ekspor yang bisa lebih banyak lagi," kata Anindya.
Kekhawatiran terhadap peningkatan angka PHK juga muncur seiring dengan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan yang akan dilakukan scara global oleh Panasonic Holdings. Namun, Kementerian Perindustrian memastikan, PHK tak akan terjadi pada karyawan Panasonic di Indonesia.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Senin (12/5) menyatakan, Indonesia tetap menjadi salah satu basis produksi penting bagi Panasonic di kawasan Asia Tenggara.
"PHK yang terjadi di Panasonic Holdings tidak berdampak pada operasional Panasonic di Indonesia. Pabrik di Indonesia justru menjadi basis ekspor ke lebih dari 80 negara, yang mencerminkan daya saing industri elektronik nasional yang sangat kuat," katanya.
Ia mengakui, utilisasi industri elektronik saat ini sedang berada pada level yang rendah, yakni 50,64 persen pada triwulan I tahun 2025. Sedangkan, sebelum masa pandemi COVID-19, utilisasi sektor ini mencapai 75,6 persen.
Kondisi ini menjadi pengingat bagi seluruh pelaku industri dan para karyawan untuk terus beradaptasi dan melakukan transformasi agar tetap kompetitif.