ADB Bagikan Strategi Bertahan di Tengah Ketidakpastian Global dan Tekanan Tarif
Presiden Asian Development Bank (ADB), Masato Kanda, membagikan strategi agar negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, bisa bertahan dan bahkan berkembang di tengah ketidakpastian global. Situasi ini makin rumit akibat memanasnya perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Kanda mengakui ketidakpastian global saat ini merupakan masa yang sulit bagi banyak negara. Namun, Mantan Wakil Menteri Keuangan Bidang Hubungan Internasional Jepang itu menekankan kondisi ini juga bisa menjadi momentum untuk melakukan perubahan besar, terutama dalam modernisasi ekonomi domestik.
“Upaya kita untuk mendorong atau modernisasi perekonomian lokal sehingga tidak terlalu bergantung kepada pengaruh negara luar,” kata Kanda usai melakukan kunjungan di PLTS Sengkol, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (21/7).
Diversifikasi dan Stabilitas Kebijakan
Strategi utama yang bisa dilakukan yaitu, setiap negara termasuk Indonesia perlu melakukan diversifikasi industri kepada sektor yang lebih kompetitif. Begitu juga dengan mengoptimalkan rantai pasoknya.
“Sehingga ini pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan industri yang berdaya saing,” ujar Kanda.
Tak hanya itu, Kanda juga mengingatkan pemerintah di setiap negara perlu menjaga kebijakan makro ekonominya agar tetap stabil. Kebijakan fiskal sangat penting untuk bisa diandalkan di tengah ketidakpastian global.
Peningkatan kerja sama antar kawasan juga bisa menjadi opsi yang positif di tengah ketidakpastian global saat ini. “Bukan hanya anggota ASEAN saja tapi dengan kawasan negara lain,” kata Kanda.
Ia memastikan ADB terus berkomitmen memberikan dukungan dengan meningkatkan kerja sama untuk membantu negara-negara melewati masa sulit saat ini. Ia yakin kondisi sulit saat ini bisa menjadi peluang yang baik agar lebih solid dan kuat.
Ekonomi RI Masih Bisa Tumbuh 5%
Dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) April 2025, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di level 5% pada 2025. Pertumbuhan ekonomi ini juga diproyeksikan meningkat menjadi 5,1% pada 2026.
Dalam laporan ADO tersebut, konsumsi swasta yang stabil dan peningkatan investasi secara bertahap dapat menopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini bisa terjadi jika didukung dengan belanja sosial berbasis masyarakat yang kuat sehingga memungkinkan distribusi pendapatan yang lebih merata.
"Permintaan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan, mengimbangi ekspor neto yang terbatas," kata Kepala Ekonom ADB Albert Park dalam laporan ADB.
Park menyebut pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh manufaktur, pertanian, dan layanan. Hal ini seperti perdagangan eceran, transportasi, dan pergudangan yang akan diuntungkan dari permintaan domestik.
