Rupiah Rawan Tekanan di Tengah Prospek Pemangkasan Suku Bunga BI
Rupiah diperkirakan bergerak melemah terhadap dolar AS pada Selasa (18/11). Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai tekanan terhadap rupiah masih kuat di tengah kondisi ekonomi global dan hasil pertemuan rapat dewan gubernur alias RDG Bank Indonesia besok (19/11).
“Rupiah diperkirakan masih berpotensi melemah di tengah sentimen risk off global dan prospek pemangkasan suku bunga BI,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (18/11).
Lukman memperkirakan rupiah berada di level Rp 16.650 per dolar AS hingga Rp 16.800 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka pada level Rp 16,754 per dolar AS. Level ini melemah 19 poin atau 0,11% dari penutupan sebelumnya.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memproyeksikan hal yang sama. “Kemungkinan masih ada tekanan depresiasi ke level Rp 16.750 per dolar AS,” ujar Fikri.
Fikri mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong tekanan rupiah. Pertama, berakhirnya government shutdown di Amerika Serikat yang meredakan kekhawatiran.
Namun hal itu diikuti ketidakpastian, karena kemungkinan beberapa data ekonomi penting seperti tenaga kerja dan perdagangan yang tidak dirilis. Situasi ini membuat dolar AS tetap diminati sebagai aset aman.
Kedua, investor masih ragu bahwa bank sentral AS The Fed akan menurunkan suku bunga secara agresif. “Kekhawatiran penurunan Fed Funds Rate yang terbatas,” kata Fikri.
Dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) dan Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI). Ini diharapkan berjalan baik, sehingga bisa memberikan sedikit penopang untuk rupiah.
