Foto: Di Balik Bara Pabrik Tahu Berbahan Bakar Sampah Plastik
Pada mulanya New York Times yang menyoroti Dusun Klagen, Tropodo. Laporan media Amerika Serikat pada kamis pekan lalu itu melansir ada puluhan pabrik tahu di desa yang terletak di Kecamatan Krian, Sidoarjo itu menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar produksinya.
Bukan cara mengolah sampah yang menjadi perhatian, tapi efek buruk dari pembakaran plastik ini terhadap kualitas tahu. Asap dan abu dari plastik yang terbakar diduga memicu racun.
Setelah berita itu, Desa Tropodo di Jawa Timur ini menjadi buah bibir di masyarakat. Padahal, salah satu pabrik sudah beroperasi selama 20 tahun dengan memakai sampah plastik untuk memanaskan tungku kedelai, juga untuk menggoreng tahunya.
Kepala Dusun Klagen, Arifin, menyatakan sampah plastik digunakan untuk menjaga agar api dalam tungku tetap membara. Ketika api terlihat mulai mengecil, dia mulai masukkan sampah plastik yang baru. Baginya, banyak kelebihan dari bahan bakar sampah plastik ini. Selain, mudah terbakar, api yang dihasilkan lebih besar daripada memakai kayu bakar.
(Baca: Jokowi Minta Pengelolaan Sampah di Kawasan Wisata jadi Prioritas)
Kondisi ini yang disorot organisasi non-profit Internasional Pollutans Elimination Network (IPEN). Menurut mereka, dari pembakaran ini bisa menimbulkan bahan kimia berbahaya, lalu mengkontaminasi produksi tahu. Zat kimia yang dihasilkan di antaranya dioksin, polybrominated diphenyl ethers, polychlorinated biphenyls, dan short-chain chlorinated paraffins.
Hasil pengujian mereka, terutama pada telur di Desa Tropodo, menunjukkan kadar dioksinnya paling tinggi. Zat ini dinilai termasuk salah satu polutan berbahaya lantaran dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, cacat lahir, dan parkinson.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, seperti dilansir Kompas, menyatakan sampah plastik yang dijadikan bahan bakar produsen tahu di Tropdo tak masuk lewat jalur impor reguler. Sebab, pemerintah telah menerbitkan larangan impor sampah plastik. Sampah plastik itu masuk bersamaan dengan impor bahan baku kertas ke beberapa perusahaan di sekitar Sidoarjo dan Mojokerto.