Tsunami Covid-19 di India Mengancam Ekspor Batu Bara Indonesia
Pelaku usaha di sektor batu bara mulai mengkhawatirkan dampak tsunami Covid-19 di India terhadap ekspor komoditas tambang tersebut.Pasalnya India merupakan salah satu negara tujuan ekspor batu bara terbesar Indonesia.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan belum diketahui apa kebijakan pemerintah India merespon krisis kesehatan tersebut. Pelaku usaha batu bara nasional khawatir jika penguncian wilayah atau lockdown kembali diterapkan seperti tahun lalu.
"Ada kekhawatiran pemerintah India akan menerapkan lockdown yang akan berpengaruh terhadap permintaan energi mereka dan impor batu bara tentunya," ujar dia kepada Katadata.co.id, Jumat (30/4).
Meski demikian, sejauh ini APBI tidak membuat proyeksi ekspor terkait batu bara, termasuk ke India. Namun pada Januari 2021 volume ekspor batu bara ke India tercatat mencapai 6,71 juta ton.
Selama periode 2018 hingga 2020, ekspor batu bara ke India menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dari 107,3 juta ton pada 2018 menjadi 97,6 juta ton pada 2020. Walaupun pada 2019 volume ekspor ke negara tersebut sempat naik menjadi 116,9 juta ton.
Sementara, sebagai BUMN tambang di sektor batu bara yang turut menyuplai batu bara ke India. PT Bukit Asam atau PTBA mengaku sejauh ini belum terdampak dari imbas melonjaknya covid-19.
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto mengatakan saat ini ekspor batu bara ke India belum terpengaruh dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 di sana. Adapun kontrak yang terjalin hingga sampai saat ini masih sesuai.
"Setidaknya hampir semua offtaker atau buyer perusahaan, hingga sekarang belum ada yang mengoreksi harga maupun permintaan ke PTBA. Jadi sekali lagi ini belum mempengaruhi proyeksi kami," ujarnya.
Seperti diketahui India kini memasuki babak baru pandemi Covid-19. Gelombang kedua pandemi corona di negara tersebut jauh lebih parah dari gelombang pertama, dengan rata-rata penambahan kasus baru mencapai 340 ribu per hari, dan kematian 2.700 orang per hari dalam sepekan terakhir. Total kasus hingga 27 April 2021 mencapai 18,4 juta.