Tiga Hal Penting dalam Membangun Marketplace

Masa lalu adalah hal yang tidak bisa kita ubah, tapi masa depan ada di tangan kita sendiri. Ini perjalanan hidup saya mendirikan Tokopedia.

11 Agustus 2019
Tiga Hal Penting dalam Membangun Marketplace
123rf

Ketika hendak mendirikan Tokopedia sepuluh tahun lalu, saya sempat mendatangi orang kaya satu-satunya yang saya kenal. Kepada bos tempat saya bekerja ini, saya menceritakan ide untuk membangun marketplace pertama di Indonesia.

Beliau seorang visioner, yang kemudian memperkenalkan saya kepada teman-temannya, para calon pemodal. Lalu, selama dua tahun, saya mencoba untuk meyakinkan mereka, dan rata-rata menanyakan kepada saya lima hal.

Keberanian

Dua pertanyaan awal tentang industri yang tidak punya rekam jejak. “William, bisa tidak kamu sebutkan satu saja orang Indonesia yang menjadi kaya karena bisnis teknologi?” atau “Indonesia ini negara pasar yang begitu menjanjikan. Yang ingin kamu dirikan bukan sesuatu yang orisinal. Ketika kamu membuktikan ke dunia bahwa Indonesia butuh marketplace, raksasa-raksasa global akan berbondong-bondong datang ke Indonesia. Mereka punya teknologi, uang, segalanya. Bagaimana mungkin kamu bisa melawan mereka?”

Tiga pertanyaan susulan tentang masa lalu pribadi saya. Pertanyaan tentang latar belakang keluarga saya. Dalam kondisi saya sebagai tulang punggung keluarga, tidak akan ada yang bisa menggantikan apa pun jika saya gagal.

Lalu pertanyaan tentang latar belakang pendidikan. Walau kuliah Teknik Informatika, saya lebih memandang saya lulusan warnet, karena sepanjang kuliah saya lebih banyak menghabiskan waktu di warnet. Kemudian pertanyaan tentang latar belakang entrepreneurship saya. Saya tidak punya pengalaman membangun bisnis apa pun sebelumnya.

Saat ingin mendirikan perusahaan, saya menyadari memulai bisnis adalah tentang membangun kepercayaan. Sayangnya, kepercayaan sering diukur dari rekam jejak.

Sampai di satu titik saya mendapatkan nasihat untuk tidak bermimpi muluk-muluk, dan mencari hal yang lebih realistis.

Saat itulah justru saya menemukan tujuan hidup. Alasan membangun Tokopedia adalah untuk memecahkan masalah kepercayaan. Saat ingin mendirikan perusahaan, saya menyadari memulai bisnis adalah tentang membangun kepercayaan. Sayangnya, kepercayaan sering diukur dari rekam jejak masa lalu. Di titik ini saya menemukan semangat bambu runcing pertama saya, tentang keberanian.

Saya menemukan keberanian untuk percaya masa lalu adalah hal yang tidak bisa kita ubah, tapi masa depan ada di tangan kita sendiri. Keberanian untuk percaya kepada diri sendiri ketika belum mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Kegigihan

Namun keberanian saja tidak akan membawa saya ke mana-mana. Butuh dua tahun untuk memulai Tokopedia pada 2009. Hal pertama yang kami lakukan saat itu adalah kembali ke universitas untuk melakukan perekrutan. Dalam membangun perusahaan internet, sumber daya paling utama adalah talenta manusianya.

Dua hari berdiri di Job Expo, tidak satu pun lamaran yang kami terima. Sementara kami menyaksikan antrean panjang memadati booth salah satu bank ternama Indonesia sepanjang harinya. Saat itu kami menyadari perjalanan membangun perusahaan internet di Indonesia memang akan sulit dijalani. Tidak adanya kisah sukses tentang perusahaan internet Indonesia membuat talenta terbaik enggan bergabung. Tanpa talenta dan sumber daya manusia yang tepat, tidak mungkin membangun perusahaan internet kelas dunia. Dilema ayam dan telur yang harus diselesaikan.

Saya pun mulai belajar keluar dari zona nyaman. Berbagi tentang visi, misi, dan mimpi yang ingin dibangun dari satu kampus ke kampus lainnya adalah sebuah tantangan yang sangat sulit untuk pribadi saya yang sangat introver.

Lewat kegigihan tersebut, lambat laun Tokopedia berhasil membangun dan mengumpulkan talenta-talenta terbaik dari seluruh Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 4.200 putra-putri terbaik Indonesia, termasuk mereka lulusan terbaik perguruan-tinggi ternama dari seluruh dunia bergabung di Tokopedia, membangun aplikasi kelas dunia yang siap bersaing dengan para pemain global.

Tahun 2010, Yahoo mengakuisi Koprol, sebuah perusahaan rintisan asal Indonesia. Mata dunia pun menyoroti Indonesia. Itulah pertama kalinya para pemodal ventura terbang dari berbagai belahan dunia dan menyempatkan waktu bertemu dengan para entrepreneur teknologi lokal. Saya termasuk yang memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Sayangnya, kemampuan Bahasa Inggris saya begitu terbatas, sehingga pertemuan saya berakhir dengan kekecewaan dari para pemodal yang menganggap telah menyia-nyiakan waktu mereka.

Menyadari persaingan global yang terus masuk ke Indonesia sesuai dengan prediksi para calon pemodal awal, eBay, Rakuten saat itu memasuki Indonesia, saya belajar bertebal muka. Dengan Bahasa Inggris pas-pasan terus mencari pemodal dari luar yang tidak hanya memberikan uang, tetapi juga nilai tambah dalam alih ilmu. Bermodal kegigihan, saya bertemu dengan pemodal asal Jepang dan Korea yang lebih memaklumi Bahasa Inggris pas-pasan saya. Mereka bersedia memberikan dana, dan menjadi partner saya dalam belajar Bahasa Inggris.

Tahun 2016, saya terpilih untuk mewakili Indonesia sebagai salah seorang Young Global Leaders dari World Economic Forum.

Hsbc
Chief Executive Ofifcer Tokopedia William Tanuwijaya.  (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)
 
 

Harapan

Seperti para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan dengan bambu runcing, mereka bersedia mempertaruhkan nyawa. Bukan karena keberanian dan kegigihan semata, namun didorong oleh harapan bahwa perjuangan mereka akan menghantarkan kemerdekaan bagi negeri ini.

Tokopedia mengubah hidup saya. Seorang dari kota kecil memiliki kesempatan membangun multi billion dollar company di era digital. Namun tidak berhenti di sana, lewat Tokopedia saya juga menyaksikan lebih dari enam juta masyarakat Indonesia telah memulai, mengembangkan bisnis, mengubah nasib dan masyarakat sekitar mereka dengan membuka lapangan pekerjaan baru.

Saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan perjalanan mereka secara dekat. Tidak semuanya berhasil. Ketika bertemu dengan mereka yang berhasil, saya menyadari ada sebuah benang merah, yaitu mereka memiliki semangat bambu runcing. Mereka tidak hanya berani untuk memulai, juga punya kegigihan untuk bangkit ketika gagal. Dan semuanya memiliki harapan, entah harapan agar orang tua mereka punya tempat tinggal lebih layak, atau harapan agar anak mereka memiliki pendidikan yang lebih tinggi.

Dengan semangat bambu runcing, harapan saya, misi Tokopedia dalam pemerataan ekonomi secara digital akan dapat terwujud. Lebih dari itu, saya berharap semoga generasi penerus bangsa dapat bermimpi setinggi-tingginya tanpa diperhadapkan kepada lima pertanyaan retoris yang saya alami saat merajut impian saya.

Saya selalu ingat, Bapak Pendiri Bangsa kita, Ir. Soekarno, pernah menitipkan kepada bangsa ini untuk bermimpi sebesar-besarnya. “Bermimpilah setinggi langit. Jika jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

Belum seratus tahun kita merdeka, jangan sampai kita kehilangan kemerdekaan untuk bermimpi.

*Artikel ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, “Semangat Bambu Runcing di Era Digital

William Tanuwijaya

Pendiri dan CEO Tokopedia. Dinobatkan World Economic Forum tahun 2016 sebagai salah seorang dari 15 pemimpin muda berpengaruh di Asia Pasifik. Visinya mengembangkan usaha digital untuk pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia.