Lompatan Membangun Ekosistem Digital Indonesia

Teknologi digital memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk membuat inovasi baru. Perlu modal kemampuan berpikir.

5 Juli 2019
Lompatan Membangun Ekosistem Digital Indonesia
123rf.com

Karena produk inovasi bertujuan mengubah cara berperilaku atau berusaha, dibutuhkan cara berpikir yang lebih baru, segar, dan tidak terkungkung dengan paradigma lama. Anak-anak muda, yang ada dan mengerti teknologi dan internet, tidak memiliki pengalaman maupun bukti bahwa hal ini bisa dijalankan di Indonesia. Mereka hanya dianggap menjual mimpi. Sementara sebagian lain terpesona dengan produk dan layanan luar negeri.

Investasi-investasi perusahaan rintisan dari East Ventures bukan berdasarkan hitungan matematika belaka, tapi investasi dari hati.

Dilihat dari perhitungan matematika, kondisi perekonomian Indonesia, infrastruktur pembayaran, infrastruktur logistik, daya beli dan sebagainya, ada 1001 alasan untuk menghitung kalau investasi venture capital di Indonesia tidak akan berhasil.

Kami percaya bahwa di dunia yang baru ini pengalaman bukan menjadi modal utama dalam berinovasi. Dan sebagai orang Indonesia, kami juga percaya Indonesia akan bergerak ke arah yang lebih baik, apa yang kurang akan diperbaiki.

Harus ada leap of faith untuk melihat sesuatu yang belum terjadi. Begitu terjadi momentum positif akan ada snowballing effect, dan momentum itu bertambah besar dan ekosistem terbentuk secara natural.

Bermodalkan jumlah penduduk terbesar keempat di seluruh dunia, dan kita percaya manusia diciptakan sama di hadapan Tuhan, seharusnya Indonesia menjadi kekuatan ekonomi keempat terbesar di dunia pula.

Pertemuan pertama dengan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison membuktikan bahwa ada anak-anak muda yang mengerti potensi di Indonesia, berpikir dengan cara baru, dan membuat terobosan teknologi dan produk internet pertama yang dijual di Tokopedia ada kaos “Kami tidak takut” – gerakan komunitas pasca-Bom Kuningan. Ini menunjukkan kearifan lokal. Dalam waktu 48 jam setelah pertemuan pertama, investasi diberikan kepada mereka.

Demikian juga dengan Jason Lamuda dan Ferry Tenka yang memulai Disdus dan kemudian diakuisisi oleh Groupon. Ferry Unardi dan Derianto Kusuma memiliki ide di sektor travel sebelum diberi nama Traveloka. Albert Lucius dan Agung Nugroho memulai Kios Untuk Dagang Online (Kudo) dan kemudian diakuisisi Grab.

Edi Sulistyo yang memulai Loket untuk mempermudah akses tiket di Indonesia dan diakuisisi Gojek. Haryanto Tanjo dan Grady Laksmono membantu puluhan ribu UMKM melalui aplikasi pos – Mokapos.

John Marco Rasjid, Chrisanti Indiana dan Christopher Madiam membangun pengalaman belanja baru di dunia kosmetik dengan Sociolla, juga Belva Devara dan Iman Usman yang tergerak meratakan akses pendidikan melalui Ruangguru, dan 300 nama lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Tapi semua memiliki kesamaan, mereka muda, mengerti teknologi, punya mimpi, dan butuh kesempatan.

Belajar dari pengalaman 10 tahun ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi-investasi perusahaan rintisan dari East Ventures bukan berdasarkan hitungan matematika belaka, tapi investasi dari hati.

Halaman:

Willson Cuaca

Pendiri dan Managing Partner East Ventures. Mendanai banyak startup di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa startup besar di Indonesia yang didanainya adalah Tokopedia, Traveloka, Ruangguru, Warung Pintar, Cohive, Sociolla, IDN Media, dan Fore.