Menyeimbangkan Artificial Intelligence dan Peran Manusia di Industri Perhotelan

Nitin Vyas
Oleh Nitin Vyas
12 September 2024, 15:01
Nitin Vyas
Katadata/ Bintan Insani
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin banyak digunakan dalam operasional bisnis di berbagai industri, termasuk perhotelan. Saat ini, beberapa hotel sudah mulai menggunakan chatbot dan contactless check-ins untuk meningkatkan efisiensi kerja dan pendapatan. 

Namun, menurut laporan Accenture, adopsi AI dalam industri turisme dan travel masih ketinggalan dari sektor lain seperti retail dan asuransi. Lantaran hanya 13% dari perusahaan travel yang memiliki tingkat kematangan AI tinggi. Hal ini menjadi alarm bagi industri perhotelan sebab transformasi AI diprediksi akan terjadi rata-rata 16 bulan lebih cepat dibanding transformasi digital.

Mahalnya biaya investasi, kesenjangan literasi digital, dan kurangnya kesadaran tentang AI menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara lain. Bagi industri perhotelan, penggunaan AI memiliki tantangan sendiri, yakni dalam menyeimbangkan peran manusia dan AI. 

Industri ini menekankan pentingnya membangun relasi, suatu hal yang tidak dapat dilakukan AI. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemanfaatan AI yang dapat membantu interaksi manusia agar menjadi lebih bermakna. 

Manusia: Pemeran Utama dalam Penggunaan AI

Turis tentu ingin disambut dengan hangat, terutama oleh pekerja di industri pariwisata. Interaksi sosial adalah jiwa dari industri ini, maka AI seharusnya digunakan sebagai alat yang membantu pekerja dan juga konsumen. Menganggap AI sebagai pengganti manusia merupakan strategi yang tidak akan bertahan untuk jangka waktu lama.   

Para pemilik hotel dapat menyeimbangkan perkembangan teknologi dengan tetap mengutamakan manusia dalam penggunaan AI. Contohnya, menggunakan machine learning models untuk mengumpulkan data hasil pencarian dan preferensi konsumen. Staf hotel dapat menggunakan data ini untuk memberikan rekomendasi aktivitas dan restoran yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 

Salah satu solusi AI yang umum digunakan industri perhotelan adalah dynamic pricing algorithm, yakni menggunakan data pencarian dari konsumen untuk memberikan harga pada properti sesuai dengan tren di pasar. 

Selain itu, para pemilik bisnis hotel juga mulai menggunakan chatbot dan asisten virtual untuk meningkatkan layanan konsumen. Terjemahan otomatis dengan AI juga membantu turis asing untuk mendapatkan jawaban kapanpun mereka mau, sehingga hal ini meringankan beban kerja staf hotel. 

Agen travel online (OTA) dan berbagai jenama hotel yang memiliki banyak properti dapat menggunakan generative AI (GenAI) untuk menganalisa sentimen konsumen. Caranya, dengan menyimpulkan review dari jutaan masukan. Hal ini membantu pemilik properti untuk meningkatkan layanan serta memudahkan konsumen memilih properti yang tepat bagi mereka. 

GenAI juga memungkinkan semua orang untuk membuat konten, baik itu video, foto, atau teks, dengan kualitas tinggi. Pemilik hotel dan villa dapat memanfaatkan teknologi ini untuk membuat konten yang menarik bagi konsumen dan media sehingga meningkatkan citra perusahaan.

Semakin banyak konten, dapat menjangkau lebih banyak pengguna di media sosial dan menarik lebih banyak konsumen. Tren penggunaan AI dalam kapasitas ini akan terus bertumbuh dan sangat bermanfaat untuk menciptakan layanan yang lebih baik serta meningkatkan pendapatan.

Menuai Manfaat Ekonomi AI

Laporan Accenture menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan travel yang menggunakan AI meningkat lebih dari dua kali lipat dari 2018 sampai 2021. Jumlahnya diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada 2024. 

Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan bahwa tahun lalu industri pariwisata menyumbang Rp1,4 triliun atau 3,9% terhadap produk domestik bruto (PDB). Dengan bantuan AI, angka ini bisa naik tiga kali lipat menjadi Rp4,2 triliun.

Keuntungan dari integrasi AI pada industri perhotelan sangat menjanjikan, tetapi investasi awal untuk mengadopsi AI juga tidak kalah tingginya. Perusahaan membutuhkan software yang tepat, infrastruktur data yang baik, dan beberapa perusahaan bahkan membutuhkan posisi baru seperti Chief AI Officer yang khusus memahami industri pariwisata. 

Banyak pemain di industri yang ragu untuk mulai mengadopsi AI karena hambatan-hambatan tersebut. Terutama karena tren digitalisasi industri pariwisata masih terbilang baru.

Tahun lalu, Cisco mengeluarkan AI Readiness Index di Indonesia yang menunjukkan bahwa mayoritas (51%) perusahaan dari berbagai sektor baru sampai pada tahap “cukup siap” untuk menerapkan AI. 

Memang 90% organisasi sudah berinvestasi dalam pelatihan pekerja untuk mengatasi kesenjangan keterampilan digital. Namun, para pimpinan bisnis masih mencari cara terbaik untuk mengintegrasikan AI secara menyeluruh di organisasi mereka. Para pemilik hotel bisa memulai dengan mengidentifikasi kebutuhan mereka dan bereksperimen dengan berbagai layanan AI third-party untuk menemukan solusi yang cocok. 

Kebutuhan pemilik hotel dengan satu properti tentunya berbeda dengan yang memiliki banyak properti. Maka, mengadopsi AI hanya untuk ikut-ikutan tanpa pertimbangan yang matang perlu dihindari. Jika sudah menemukan solusi yang relevan, mereka kemudian harus memikirkan strategi pengembangan AI untuk jangka panjang.

Salah satu cara pemilik hotel independen bisa ikut merasakan manfaat dari AI adalah melalui bermitra dengan perusahaan manajemen properti. Perusahaan seperti ini memiliki lebih banyak kemampuan untuk menerapkan AI yang lebih canggih. Seperti menggunakan algoritma yang mutakhir dan berinvestasi lebih banyak untuk meningkatkan keterampilan karyawan. 

Strategi ini dapat membantu pemilik hotel independen untuk menyederhanakan proses percobaan AI dan meningkatkan pendapatan dengan lebih cepat. 

Membangun Ekosistem yang Mempercepat Pertumbuhan AI 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno baru-baru ini mengatakan bahwa AI telah membantu pemerintah mengumpulkan dan menganalisa tren turisme yang lebih “personal, customised, dan localised.” Dengan begitu memudahkan pemerintah mengidentifikasi turis-turis yang berkualitas. Menurutnya, semua kemajuan teknologi ini baru awal mula dari transformasi AI pada industri pariwisata.

Pemerintah memiliki peran yang penting dalam mempromosikan AI, yakni dengan menunjukkan contoh nyata penggunaannya, serta meningkatkan pengetahuan dan adopsi AI. Tapi hal mendasar yang pemerintah harus lakukan adalah dengan membuat regulasi, terutama untuk pengelolaan data. 

Adanya regulasi memberikan kepastian hukum yang membuat implementasi AI lebih mudah bagi pebisnis. Selain itu, meningkatkan infrastruktur seperti internet yang stabil di seluruh Indonesia juga akan mendorong lebih banyak lagi penggunaan AI. 

Pemanfaatan AI di berbagai industri akan terus meningkat di masa depan. Kita perlu bersiap untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan lanskap AI yang terus berkembang. 

Berinvestasi pada perangkat yang tepat dan mempersiapkan tenaga kerja merupakan langkah penting untuk memastikan keberhasilan implementasi AI. Namun, hal terpenting yang harus dilakukan dalam industri perhotelan adalah selalu memprioritaskan hubungan manusia dan keramahtamahan sebagai bagian tak terpisahkan dari inovasi.

Nitin Vyas
Nitin Vyas
Senior Vice President-Product RedDoorz

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...