Belajar dari Kasus Nunung: Pentingnya Literasi Finansial

Mochammad Wahyu Ghani
Oleh Mochammad Wahyu Ghani
26 Maret 2025, 06:55
Mochammad Wahyu Ghani
Katadata/ Bintan Insani

Ringkasan

  • Artis senior Nunung mengalami kesulitan finansial meskipun pernah berpenghasilan tinggi, menunjukkan pentingnya literasi finansial dalam mengelola keuangan. Minimnya literasi keuangan menjadi akar permasalahan kesulitan finansial yang dialami.
  • Warga Desa Sumurgeneng, yang sebelumnya mendapat durian runtuh dari pembebasan lahan, mengalami kesulitan keuangan karena rendahnya literasi finansial. Banyak warga yang menghabiskan uangnya untuk kebutuhan konsumtif dan tidak memprioritaskan kebutuhan.
  • Literasi finansial penting untuk mengelola keuangan, termasuk membuat anggaran, merencanakan investasi, dan mendiversifikasi aset. Meningkatkan literasi finansial dapat membantu mencapai kebebasan finansial dan mencegah kesulitan di masa depan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Beberapa Waktu yang lalu artis senior Tri Retno Prayudati, atau yang akrab disapa “Nunung” hadir menjadi bintang tamu di podcastClose the Door.” Dalam siniar tersebut, Nunung menumpahkan perasaannya bahwa saat ini kehidupannya sangat sulit secara ekonomi. Aset-asetnya seperti mobil, rumah, maupun tanah, tergadaikan satu-persatu untuk membiayai berbagai keperluannya. 

Tidak jarang kondisi rekeningnya hanya menyisakan Rp100 ribu, yang tentu terdengar sangat miris untuk artis sekaliber dirinya. Hal yang lebih mengejutkan, tentu saja adalah pernyataannya yang mengaku saat jaya dahulu, Nunung bisa mendapatkan uang Rp1 miliar hanya dengan tampil selama 10 menit dalam sebuah panggung. Sungguh kondisi yang membuat banyak orang bertanya-tanya bagaimana seorang Nunung bisa jatuh ke dalam kondisi ekstrem seperti ini. 

Bergeser ke Jawa timur, tahun 2021 publik dihebohkan dengan munculnya “Kampung Miliarder.” Desa Sumurgeneng Kabupaten Tuban mendadak viral karena mendapatkan durian runtuh pembebasan lahan dari proyek Grass Root Refinery (GRR) yang dijalankan PT Pertamina (Persero). Angkanya tidak main-main, uang yang diterima warga desa Sumurgeneng berada di kisaran Rp1 miliar sampai Rp26 miliar untuk tiap keluarga yang terdampak pembebasan lahan. 

Faktanya pada 2025, Desa “Miliarder” telah memperlihatkan beberapa kondisi miris. Beberapa warga mengaku saat ini kesulitan keuangan. Bahkan ada seorang warga yang mengaku uangnya saat ini di rekening tersisa Rp50 juta dari yang sebelumnya Rp17 miliar. Memang tidak semua warga Sumurgeneng mengalami kondisi penurunan finansial secara signifikan. Namun hasil survei Universitas Muhammadiyah Surabaya di Sumurgeneng, menunjukan lebih dari 70% uang kompensasi telah habis dalam waktu dua tahun (Setyowati, 2025). 

Hal yang bisa kita simpulkan dari fenomena ini adalah masih banyak masyarakat kita yang tidak memiliki literasi finansial, khususnya literasi finansial pengelolaan pendapatan pribadi. Yakni kemampuan untuk memahami, mengelola, dan membuat keputusan yang tepat dalam hal keuangan pribadi. 

Mengapa Bisa Terjadi ?

Banyak variabel yang menentukan, mengapa seseorang bisa mengalami kesulitan finansial yang sebelumnya kondisi tersebut hampir mustahil terjadi. Dalam kasus Nunung, belas kasih yang berlebihan kepada sanak keluarganya memang menjadi salah satu variabel yang membuat kondisinya harus mengeluarkan uang lebih yang bukan untuk keperluan pribadinya. Tapi kasus seperti Ini sangat kausalistik dan bukan penyebab utama Nunung terjerumus dalam kesulitan finansial. Akar permasalahannya tetap adalah minimnya literasi keuangan.  

Tanpa dasar literasi keuangan yang kuat, banyak orang gagal membuat anggaran, mengatur dana darurat, atau merencanakan investasi jangka panjang, yang pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan keuangan seperti pensiun. Nunung tidak menyadari bahwa banyak orang, terutama pekerja informal tidak memiliki skema pensiun yang bisa diandalkan ketika mereka sudah tidak berada di puncak produktif. Salah satu untuk mencegah kejatuhan ekonomi yang ekstrem seperti ini adalah meningkatkan literasi keuangan.

Desa “Miliarder” telah membuktikan literasi keuangan yang rendah suatu saat akan mempersulit hidup ketika perubahan gaya hidup yang tidak semestinya diterapkan di luar kebiasaan. Contohnya beberapa warga desa sibuk membeli kebutuhan konsumtif seperti rumah yang dibangun terlalu mewah atau bahkan membeli 3-4 unit mobil yang tidak diperlukan sebanyak itu. Uniknya, bahkan ada beberapa warga yang membeli mobil tapi belum bisa menyetir. Artinya masih banyak masyarakat kita yang memiliki literasi keuangan yang rendah, sehingga lebih mementingkan gaya hidup dibandingkan memilih skala prioritas keperluannya.

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Joe Dominguez dan Vicki Robin, lewat buku Your Money or Your Life (1992), menyampaikan gagasan tentang pentingnya hubungan yang sehat dengan uang dan bagaimana mengelola pengeluaran agar bisa mencapai kemandirian finansial. Ini adalah konsep literasi finansial yang mana mengelola anggaran pendapatan harus disusun dan diatur setiap detailnya, dari setiap pengeluaran yang keluar serta pendapatan yang masuk, agar sesuai dengan tujuan keuangan.

Kita juga bisa menerapkan Konsep FIRE (Financial Independence, Retire Early) apabila ingin mencapai kondisi hari tua yang jauh lebih aman. Jacob Lund Fisker dengan karya Early Retirement Extreme (2010), telah mengembangkan strategi keuangan yang lebih radikal dan sistematis untuk mencapai pensiun dini, yang kemudian menginspirasi banyak orang untuk mengejar kemandirian finansial dengan cara yang lebih intens. Mengurangi pengeluaran tidak penting dan menerapkan gaya hidup sederhana untuk memaksimalkan simpanan adalah konsep utama FIRE. Bahkan di beberapa kondisi tertentu, beberapa penganut konsep FIRE berani mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk tabungan dan investasi sebesar 50%. 

Literasi finansial juga erat kaitannya dengan pemahaman kemampuan mendiversifikasikan uang cash kita yang tidak terlalu urgen untuk dipakai. Anda harus memahami bahwa uang yang disimpan di bank akan tergerus dengan inflasi dan pemotongan biaya administrasi.

Untuk melawan Inflasi kita harus menyisihkan pendapatan kita di luar dana darurat dalam bentuk aset konservatif seperti deposit, emas atau tanah (yang bersertifikat resmi).  Apabila Anda tidak memiliki kemampuan wirausaha yang baik, jangan pernah menitipkan dana pada jenis usaha yang tidak jelas dan keuntungan cepat. Kurangnya pemahaman bisnis, bisa saja justru menjerumuskan dalam penawaran investasi yang tidak transparan atau skema penipuan, sehingga aset yang dimiliki bisa hilang.

Selain itu Anda juga harus meningkatkan pemahaman passive income yang legal untuk menuju pada financial freedom. Financial freedom, atau kebebasan finansial, adalah kondisi di mana seseorang memiliki kendali penuh atas keuangan mereka sehingga tidak lagi bergantung pada pendapatan dari pekerjaan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sederhana, ini berarti Anda telah mengumpulkan cukup aset, tabungan, dan investasi yang menghasilkan pendapatan pasif sehingga Anda dapat menutupi pengeluaran tanpa harus terus bekerja.

Anda bisa mulai dengan mempelajari dan memahami apa itu pasar saham. Apabila masih terlalu takut untuk mencoba, tidak perlu terburu-buru, tingkatkan dahulu literasi finansial anda sampai di tahap anda yakin untuk mencobanya. Pasar saham sangat penting untuk membantu mencapai kebebasan finansial. Dengan pemilihan investasi saham yang tepat, Anda dapat mengelola sumber pendapatan yang tidak memerlukan keterlibatan aktif setiap hari. Anda bisa mendapatkan dividen dari saham sebagai bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atas investasi mereka.

Apa Pelajaran yang Bisa Dipetik?

Kita tidak bisa mempertahankan kondisi finansial kita untuk terus di atas. Hal ini akan jauh lebih sulit jika kita adalah seorang wiraswasta atau pekerja informal yang tidak memiliki pendapatan tetap. Suatu saat setiap orang pasti akan menua dan kehilangan kemampuan produktivitasnya dalam memenuhi kebutuhan finansialnya. Untuk itulah kita perlu meningkatkan literasi finansial agar mencegah kejatuhan kondisi ekstrem dengan hilangnya pendapatan di waktu dan usia produktif.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah, literasi finansial adalah hal yang sangat diperlukan di masa kini. Konsep peribahasa “hartanya tidak akan habis sampai 7 turunan” sudah tidak relevan apabila kita tidak meningkatkan kesadaran finansial. Percayalah harta dan uang sebanyak apapun tidak akan bertahan lama tanpa literasi finansial yang mumpuni. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Mochammad Wahyu Ghani
Mochammad Wahyu Ghani
Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...